Selasa, 02 Desember 2008

cinta diujung hidupku

“Lo, kenapa sich dari tadi malam, kerjaannya ngelamun aja! Mikirin cowok, mikirin jatah uang bulanan blom sampai ke tangan atau mikirin masalah yang kemarin?”
Rexa masih terdiam tanpa menghiraukan apa yang ditanyakan oleh temannya. Matanya seakan menerawang jauh kelangit-langit kantin sekolah dan tiba-tiba kata-kata yang seharusnya tidak keluar dari mulut gadis cantik, pendiam dan lemah lembut.
“Kurang ajar!”
“Rex, lo nggak apa-apa khan? gue yakin ini masalah yang kemarin. Udah nggak usah diambil pusing, masih banyak cowok-cowok yang mau ama lo. Siapa dia! sampai bikin lo kaya gini. Dia itu bukan makhluk yang diidam-idamkan, tau! Semua orang bilang kalau cowok macam dia perlu dikasih pelajaran. Lo percaya aja ama gue, klo lo nggak bakal nyesal. Malah sebaliknya, dia yang bakal nyesal klo saat ini dia nolak lo.”
“Masalahnya nggak segampang itu juga, Nas. Lo tau, gue kalah taruan ama si cewek tengil itu!”
“APA………………..?????? gila aja lo, Rex! lo sadar udah mainin hati cowok. Lo juga yang salah, tau sendiri klo Randa tuch suka cewek tengil macam dia, ngapa juga lo cabanin. Sama aja lo dipermainin ama mereka berdua. Dasar! Lagian gue khan teman lo juga, Rex. Kenapa nggak ngomong duluan ama gue!”
“Agh….udah lah! Nggak usah dipikirin. Yang terjadi biarlah terjadi. Yang penting sekarang bikin yang namanya Randa nyesel udah nolak gue.”
“Bener! Gue suka gaya lo. Tapi nggak bisa dibiarkan, tetep kita harus cari tahu, apakah mereka berdua kerja sama.”
Rexa dan Nesa mulai berpikir lincah untuk mencari tahu apakah Randa, cowok yang selama ini menjadi incaran Rexa dan Nesa sekongkol dengan Nila si cewek tengil untuk mengerjainya. Rexa nggak pandang bulu, mulai dari ban mobil Randa yang dipasangi jarum sampai mengunci rapat-rapat Nila dikamar mandi.
Penyelidikan dimulai, karena Rexa adalah cewek yang banyak ide dalam hal teknis dan bukan hal mata pelajaran, ide yang keluarpun bikin Nesa teman dekatnya terkejut.
Satu hari sebelum penyelidikan,
“Kak! Rexa masuk kamar ya?”
“Ngapain lo kesini, paling juga mau ngancurin robot-robot gue.”
“Jahat banget sich sama adek sendiri! Yach terserah kakak deh, mau dibilang suka ngancurin robot-robot buatan kakak kek, mau dibilang perusak kek, atau mau dibilang…..”
“Nggak usah cerewet, pasti lo lagi ada maunya. Nggak usah malu-malu, ayo! Ngomong. Klo pinjam uang atau minta uang, sama aja! Kakak juga blom dapat kiriman.”
“Bukan itu! Rexa minta, kakak mau buatin hidden camera record. Paling nggak, lima buah gitu!”
“Lo ngomong apaan barusan! Emangnya gue ini gudang duit apa?”
“Kakak budik ya! Rexa nggak minta duit, Kak. Rexa minta buatin alat buat rekam suara orang yang ditaruh tersembunyi.”
“Rexa! Lo disekolahin mahal-mahal kok Oneng gitu sich. Buat beli alatnya itu nggak mahal, sayang. Alias jutaan! Paham! Kakak sendiri ngerjain tugas ini aja, jutaan. Lo yang nggak ngerti apa-apa sok gaya pengen macam-macam.”
“Berapa duitnya, ntar Rexa ganti. Pokoknya mau nggak mau besok pagi udah ada. Berapa duit yang kakak minta?”
Rexa, merelakan tabungan yang selama ini diidam-idamkan untuk membeli mobil sendiri hangus sudah. Elyas, kakak Rexa sempat terkejut melihat tabungan adeknya yang begitu besar rela buat alat yang nggak begitu penting. Karena Elyas sangat menyayangi adek semata wayangnya, dia berusaha untuk mencari alat itu dengan meminjam ke teman-temannya yang kebetulan punya alat tersebut.
“Rex, nie apaan?”
“Udah! Nggak usah banyak tanya. Sekarang, kita buntutin yang namanya Randa dan Nila. Dimana aja mereka biasa nongkrong.”
“Nggak ada kerjaan lain, Rex? Masih banyak kali, yang bisa kita kerjakan selain buntutin mereka berdua. Makan dikantin kek, ngerjain tugas matematika di perpus kek, lebih gimana….geto! dari pada kaya gini kaya orang nggak jelas, tau!”
“Lo mau ikut nggak? Klo ikut, ayo! Klo nggak ikut, sana pergi dan diam.”
“Iya…Iya…gue ikut! Apa sich yang nggak buat lo, Rex.”
Selama ngikutin Randa dan Nila banyak banget yang merhatiin Rexa dan Nesa. Sampai-sampai kakak kelas yang awalnya nggak tau Rexa jadi pengen tahu tentang Rexa. Akhirnya satu hari penuh Rexa puas dengan apa yang dia dapatkan. Mulai dari kantin meja paling pojok, café seberang sekolah, bangku sekolah dimana Nila duduk dan di bangku Randa duduk. Ini baru pemasangan hidden record yang wajah Rexa udah kesenengan, blom klo hasil rekamanannya yang dihasilkan memuaskan seperti apa yang diharapkan Rexa.
“Tuch cewek sering banget ke sini ada apaan sich?” tanya salah satu kakak kelas bernama Reno yang kebetulan penasaran banget sama Rexa.
“Katanya sich ada masalah ama Randa. Cinta ditolak, ide Rexa bertindak. Eh, jangan salah ama tuch cewek! Idenya nggak kalah sama ide-ide doraemon. Bisa kenal ama dia, mujur banget deh! Kenal aja sich biasa, tapi klo jadi orang terdekat dan jadi cowoknya baru luar biasa. Kakaknya yang namanya Elyas tuch pinter banget. Jago bikin robot-robot unik. Sering juga kok ngadain pameran. Emang lo nanya adek kelas tuch kenapa? Naksir, Ren?”
“Nggak! Cuma penasaran aja ama tuch cewek!”
Selama seminggu Rexa dan Nesa selalu mengintai keberadaan Randa lewat hidden camera record. Tak disangka, saat Rexa mengambil Hidden camera record yang ada di bawah bangku, tiba-tiba aja Randa muncul dibelakangnya.
“Ngapain lo disini! Apaan yang lo ambil dari bawah bangku gue? Sini liat!”
“Nggak ada apa-apa kok! eh….jangan ambil!”
“Gila aja lo!” sambil merampas sesuatu dari tangan Rexa.
“Iya! Emang klo gue udah gila, lo mau apa? sini, itu punya gue. lo nggak berhak ngerampas punya gue.”
“Sialan lo! berani macam-macam am ague!” tamparan yang cukup keras dari Randa mendarat di wajah Rexa yang kalem.
Semua isi kelas melihat adegan apa yang dilakukan Randa pada Rexa. Tamparan yang bikin Rexa sedikit mengeluarkan darah dari mulutnya, tidak membuat halangan untuk membalas tonjokan ke wajah Randa.
“Aduh! Lo anak nggak punya malu, apa? lo liat ini!” sambil menginjak hidden record sampai hancur.
Rexa langsung lari ke parkiran mobil, searah dengan parkiran mobil melihat ada alat pemotong rumput langsung Rexa mabil. Saat yang mengejutkan waktu istirahat ini membuat guru-guru ikut keluar melihat tingkah Rexa yang menyasat mobil Randa sampai lecet dan mengelupas catnya. Saat itu Randa masih blom sadar, klo Rexa berlari untuk menghancurkan mobilnya.
“Randa! Gawat tau nggak sich? Rexa ngancurin mobil kamu tuch! Lo gimana sich, kok malah enak-enakan dikelas ngelamun. Ayo!” ajak Nila. Randa berlari ke parkiran dan terkejut melihat mobilnya yang bodynya sudah hancur lemur karena ulah Rexa.
“APA…………………????? dasar ya tuch anak! Maunya apaan sich? Mau cari mati ama gue! udah ditampar, nggak kapok apa!”
“Lo tampar dia, Ran! Ingat Ran, dia itu cewek. Lo sich main tangan gitu aja. Gimana nggak jengkel klo ditampar dimuka umum.” Sahut Nila.
“Lo nggak tau apa-apa mendingan diam! Sekarang Rexa mana? Gue nggak mau tau, harus minta ganti rugi atas semua ini.”
“Lo bilang apa barusan! Dasar Bekicot! Impas khan, kamera gue yang lo injak dan tamparan yang lo kasih kegue. Klo masalah tonjokan itu, sebagai bonus karena seorang Randa Oktanius cowok yang berani main tangan ama cewek macam gue.”
“Rexa, nie sapu tangan buat lo! usap darah yang ada di bibir lo.” kasih Reno dengan santainya.
“Makasih!” meninggalkan parkiran dan menuju kelas. Saat berjalan menuju kelas, tubuh Rexa tak kuasa untuk menahan sakit, pingsan tepat di samping Reno. Reno langsung menggendongnya kearah mobilnya dan membawa langsung ke rumah sakit.
“Bu, kami minta ijin untuk membawa Rexa ke rumah sakit.” Minta Nesa dengan langkah cepat.
“Iya! Hati-hati. Jangan lupa kabari pihak sekolah ya!”
Nesa terus bertanya siapa mereka.
“Lo teman deketnya Rexa?”
“Iya! Kalian siapa?”
“Gue Reno dan ini teman gue Bimo. Sebenernya ada masalah apa kalian dengan Randa?”
“Ceritanya panjang! Eh, gue bisa pinjam HP lo nggak? Mau hubungin kakaknya Rexa.”
Saat Nesa menghubungi kakaknya Rexa, Elyas terkejut dan kwatir dengan keadaan adeknya. Langsung Elyas pergi dimana Reno membawa Rexa diperiksa. Elyas mengkwatirkan penyakit adeknya yang rawan dengan tekanan-tekanan yang keras. Kedatangan Elyas membuat Rexa kembai tersenyum dan berharap memaafkannya, karena kemeranya rusak satu. Elyas melupakan hal itu, yang terpenting adalah kesehatan Rexa.
“Nes, lo pasti tau apa yang terjadi khan? ada apa ama Rexa, kok bisa sampai kaya gini.”
“Nggak ada apa-apa kok, Yas. Cuma dia tiba-tiba pingsan aja! Kelelahan aja kali.”
“Lo nggak usah boong deh! Terus kenapa juga kameranya sampai rusak segala klo nggak ada apa-apa. Nggak mungkin khan, klo cuma pingsan aja, kameranya jatuh sampai hancur gitu. Lo cerita aja ama gue nggak apa-apa. Itu lebih baik dari pada lo nggak cerita, Nes. Terus mereka ini siapa.”
“Dia kakak kelas yang antar Rexa ke sini.”
“Itu bukannnya Reno! Reno, masih ingat ama gue. Elyas! Kita dulu pernah tetanggaan di komplek lama. Ingat nggak?”
“Iya! Gue ingat! Yang seringnya kita godain cewek-cewek lewat depan kompleks itu khan. Jadi Rexa adek lo, yang sering gue godain itu. Kok gue bisa lupa ya! sekarang lo tinggal dimana?”
“Gue tinggal bertiga, Rexa ama Mbok Ike. Mama ama Papa gue tinggal di Jakarta. Kapan-kapan main dong ke rumah, sekarang gue tinggal di Case grand. Thanks ya, dah nganterin Rexa kesini. Klo terlambat nggak tau gimana jadinya si Rexa.”
Ternyata Rexa mengidap penyakit jantung lemah, yang tiba-tiba bisa pingsan karena kelelahan dan kaget. Saat ini, Reno menaruh hati pada Rexa. Cewek yang kalem dan cantik ini sempat bertanya-tanya siapa cowok yang selama ini selalu menemaninya di Rumah Sakit. Obrolan diantara merekapun berlanjut. Ternyata, Rexa ingat betul waktu masih kecil ada cowok yang selalu menggoda.
“Klo udah gede mau jadi cewekku nggak?” tanya Reno waktu kecil pada Rexa.
“Ih, siapa yang mau pacaran ama cowok dekil nggak pernah mandi kaya kamu!” selalu Rexa waktu kecil menjawab seperti itu, yang kata-katanya diperagakan oleh Reno.
Mereka tertawa lepas mengingat masa kecil yang lucu dan serasa aneh klo diingat sekarang. Reno menegaskan jangan main ulah lagi sama Randa, soalnya Randa itu tak sebaik seperti wajahnya yang kebanyakakn diidolakan para cewek. Tapi Rexa nggak mau denger apa yang dikatakan oleh Reno. Rexa tetep mau bales dendam yang kedua kalinya. Semuanya yang diterima Rexa saat ini belum cukup. Masih ada ide yang bakal keluar dari benak Rexa untuk melakukan keinginannya.
“Gue suka ama lo, Rex! Gue juga nggak terima, cewek yang selama ini gue cari-cari disakitin ama cowok. Tapi demi penyakit lo, Rex. Jangan siakan tubuh lo buat ngadilin cowok macam dia. Masih banyak kegiatan yang lebih baik yang harus lo lakuin, Rex.”
Rexa terkejut mendengar apa yang dikatakan Reno. Rexa ingat betul, Reno emang cowok yang baik dan perhatian selama ini. Tapi saat ini, Rexa masih menaruh hati sama cowok yang sudah menyakitinya. Elyas tahu betul kemauan adeknya, untuk cintanya diterima oleh Randa. Seminggu lebih, Rexa tidak masuk sekolah karena harus dirawat. Dengan perasaan menyesal karena telah memukul Rexa dan mencampakan cintanya, Randa merasa bersalah. Randa orang yang dicintai dan dianggap paling keji tiba-tiba nongol didepan kamar dimana Rexa dirawat.
“Hei!”
“Ngapain lo kesini! Mau bunuh gue? silahkan! Lebih baik gue mati ditangan orang yang gue cintai dari pada gue mati…..”
“Nggak, Rex! Gue yakin lo bakal sembuh. Dan gue yakin ama diri gue yang sekarang klo gue juga sayang ama lo. Bener apa yang dikatakan anak-anak kemarin, jangan terlalu benci sama seseorang, bisa-bisa jatuh cinta ama orang yang lo benci. Sekarang gue rela lo tonjokin sampai gue terbaring sakit kaya lo, asal lo mau sembuh dan berdiri di samping gue selamanya. Gue nggak mau lagi nolak lo gara-gara hasutan seseorang yang selama ini juga benci ama lo, pengen tahu siapa dia? Nila!”
“Jadi, kemarin lo nolak gue gara-gara dia hasut lo. Cemen banget sich lo! gue kasih tau ya, klo gue nggak suka cowok yang sering kena hasutan orang langsung percaya gitu aja. Walau gue cewek yang lemah dan pendiam, bukan berarti gue nggak bisa nantang lo ama Nila. Gue baru percaya klo lo bener-bener suka ama gue, lo nunduk dilantai sekarang juga.”
“Ok! Gue yakin lo bisa sembuh, Rex. Teman-teman di sekolah banyak yang tanya kemana doraemon kita? Seorang doraemon tak ingin sakit dan pasti bisa sembuh karena dia punya kantong ajaib dan ide yang cemerlang. Bener khan, Rex?”
Saat Randa bediri, wajah Rexa sudah terlihat pucat. Didekap tangannya serasa dingin dan perlahan Randa mendekatkan tangannya ke hidungnya. Randa terkejut, tak ada lagi nafas dari seorang doraemon. Randa mendekap tubuh Rexa kencang. Elyas, Reno dan Nesa tak kuasa melihat Rexa pergi di dekat orang yang dia cintai. Semoga saja cinta Randa bisa mengantar Rexa dengan tenang. The End

Tidak ada komentar: