Kamis, 04 Desember 2008

StreS KU sediKit TerObaTi dengaN SuaTu Yang nggak PenTiNg

SEmaLam aKU BeNeR..BeNer KaLap Dan BuTa aRah ....
LeLaH DeNgan MasaLah HiDuP
MesKIpUn akU HaRus TeTap TeRSeNyUm...
KeNaPa HaRus MeMaksaKan DiRi??
ENTahLah ( aFGaN DoNk)
hahahha

HatIku : Tau Nggak BElaKanG ShEratON aDa Apa,,, ??????
PeRasaan : TEGalan aMa KamPuNg GiTu Dah...
HatIkU : BUkan OOn.......
PeraSaaN : DiSiTU aDa T4 NGgak MuTU aBis Yang SEmalem abIs lu samPerIN sama OranG aNEh SeDuNIa yang lUmayan UdaH lama Lu Kenal Dalam DUnIa Per NYuK NYeman
HatIkU : Oh EmBassy ( TuLisannnya Salah Nggak Tuch)....?????????
PerasaaN : CErIta DoNg Lu semalM GImana???? KlItannya Da YanG SeRu TUch
wakakakkakakkakakakakkakakakkak ( NgECas Dah))))

Ok Aku aKan CerIta dan BUka maTamU baiK baIK Okkkk
Jangan PuRa PUra NganTuK Nggak BaCa TuLisan kU Ini
SEmalam Emang Kau KeDatangan TEman Dari sOLo...Dya DipUtUs GiTu Dah Ma CoWoKny
Tau NDiRi SeBeLuM PacraN KIta EamG HoBy NYuK NYeM Mpe JadI aMnESia,,,,,,,
wakakka
Trusss
akHiRNya Semalam adalah HarI perTama Dya KeMbalI kE aJaNg Per nYuk Nyeman dengan akU SebagI GUIdEnYa Di JoGja
sialN JadI GuIDE Nggak DiBayar Mlah SuRuH "bOpOng"??? Tau NGgak BOPoNG apaAn...ItuLoH YoNG Yennnn

Perasaan : Itu Bak Po OON..............

Halah Itu lo Di ranGKUl Dan DibOpoNG KaRENa Dia TePaR
aNhenya Dan Yang PalInG menJijIkan adalah...........................................................
TerTawa SeMua..................
Dia TEpaR BUkan KarEna Jakpotttt......TapI KaREna MasUk aNGIn....
Sialannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
DarI SoREanYa DatNag JOgja...KIta NOnGkRoNG Tuch DiGuBUuukkk,NGOpI,,Trus PSeN JUga KenTang GoRENG, Mie Omlet..ANehnYa laGI Malh NGgak Dimakan GiTu..sakiNg keasikan cuRhat gItU dah..
JaM Udah MenuNjUKan Jam 22.00 jaDi KIta LanGsunG BalIK
Kok Kliatanyya Nggak enak Ya Hawa Di Kos...
KepiKIran Dah KiTa NyuK nyemmmm
LanGSUng RiBEt KIta NyuK nYeM DImana...
SEMUa VlUb Di Telpppp
ada acara apa aja...
HUGosssssssssssssss NGgak Banget KarEna LiVe MusiC MLuLuuu
CaEsaR....Malas NaiK LiFt NYa,,,KIta pengennnYa NaiK Jet BaiR cepet
LiQuid ada aCara LiVe BaNd Omlette..Bayar 20
BoShe,,Males KeTemU GRO Nya ToMi MoRis
AKhIrnya TlP TEraKHir EmMbasY...Itu PuN JUga SuSah MasuKnY...
LaNGusng dah DiTaWarIn GuEst List BErapa OranG?????????

CUKUP 2 aJa Mas............

PErasaan : Hah...............................Apa??????????????????? CUma 2 OranG aja. Dasar BONEK. BoNdO NEKat

YuP ItuLah aKU dan Kawan KwaNkU PUNYa Niat Itu BONEK aBis...Tanpa ReNCana..
Lagian klO DiREnCanakn JUga Gagal
LangsunG Dah Tancap....dandan la BucIllllllllllllllllllllllll
Tau Nggak BunGa CiTRa LEStarI
hhahha
Pakai DrEss LucU GiTU
BeNtUKNya sama,,TapI WarNanaya BeDa
aNeh LagI Khan
KaYa aNak kemBAr GiTU Dah...TRus bInGuNG masalah Taksinaik Taksi mana Yak
Jangan Cari Taxi YanG eYot NGgak ElIt
Dapat Dah Taksi Dan CAP CUS DaRi kOs Jam 12 malam LebIh DikIt
hahah
SeMPURNa
Disana Banyak BrOnDoNg...............KUmPuLan anak aank MoBil
TapI sIlanYa iTu TadI TeMeNkU amsuK anGiN...
DiToIlet aja NUnGguin Dia mPe SetEngah Jam
pakain acara PiNsan Lagu Uhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
PUalng dah Jam 3.30 Pagi
sial..............
padaln LagI asiK asIkNya
Pengen Tau CeRIta DiDalam akU NgaPain?????????????????????????????????/
TanYa aja Ma BBB.... Bukan BinTanG bIasa Yang NYanYi In LeTs DaNCe ToGeTher................
uadH aH aKU asiH NganTuk Mua bUbU Lagi
Byweeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee
Muachhhhhhhhhhhhh

Selasa, 02 Desember 2008

ku mohon chisel

“Minggir! Lo nggak liat, gue mau lewat.” Teriak Chisel.
“Iya-iya kita minggir.”
Dalam hati, “Nie cewek galak amat, kelas berapa sich!” tanya salah satu siswa yang kebetulan melihat sikap Chisel.
Chisel, cewek brandal dan terkenal bengal di sekolah. Kerjaannya hanya nongkrong di kantin dan males ngerjain PR. Chisel yang sekarang duduk di bangku kelas 2, lumayan banyak anak kelas 3 yang mengenalnya. Cewek yang satu ini juga aktif main skateboard. Yang bikin kesel, Chisel sering main skateboard di lorong sekolah, sampai teman-temannya yang lagi asyik nongkrong di lorong pada keganggu.
“Chi, lo gila ya! nie bukan jalan buat lo main skateboard. Ngganggu, tau! Nggak di kantin, nggak di lorong, tingkah kaya gitu dipelihara. Ini sekolah, Chi.” Teriak Iqbal, teman sekelas Chisel.
“Siapa yang barusan teriak? Telinga gue gatal dengar ucapan barusan. Pasti, lo! kenapa? Lo ngerasa keganggu? Apa lo pengen dan iri aja pengen main skateboard gue. Gampang kok! lo ngomong aja ama gue, bakal gue pinjemin. Nggak usah pakai teriak, gue juga dengar. Nggak tuli!”
“Chi, gue cuma ingetin lo aja. Lagian, ini khan buat kebaikan lo juga. Lo tau, ada guru PKL yang ..….”
“Urusan ama gue apa? nggak penting juga, kali. Iqbal, gue kasih tau lo, ya. Nggak ada satupun orang yang bisa ngelarang gue. Paham! Apalagi lo, sering banget kasih gue ceramah, nggak capek tuch mulut. Gue mau masuk kelas, BT.” Potong Chisel, sebelum Iqbal selesai bicara.
Iqbal ternyata kakak sepupu Chisel. Selama ini mereka tinggal dalam satu rumah dan ditemani oleh seorang pembantu dan tukang kebun. Chisel menganggap, Iqbal bukan siapa-siapa dan tidak mau urusan dan tingkah laku dikendalikan olehnya. Sejak kecil, Chisel dibesarkan dan bermain dalam rumah yang besar dan kelihatan mewah itu.
Masuk SMU, orang tua Iqbal pindah ke Jakarta. Sejak itu, sikap Chisel berubah total. Dari yang awalnya pendiam dan pemalu, sekarang bener-bener berubah total. Semuanya hanya Iqbal yang tahu. Waktu SMP, Chisel sempat dikucilkan oleh teman-temannya yang selelu mengata-ngatai klo dia itu anak cengeng, anak Tante, anak nggak gaul dan yang nggak enak didengar ditelinga semua dilemparkan ke Chisel. Iqbal sama sekali nggak berani membongkar semuanya, karena ini semua demi Chisel, adik sepupunya. Chisel melakukan ini, karena lelah dengan cemooh-cemooh yang masuk di telinganya.
Dengan lengan baju yang dilipat keatas, rok diatas lutut, sepatu cats yang setiap harinya selalu ganti dengan warna-warna nyolok plus kaos kaki yang sepadan dengan sepatu nggak pernah ketinggalan. Yang nggak kalah keren, topi warna hitam dan tas punggung tetep nempel di tubuhnya. Berjalan lagaknya mafia, ditakuti anak-anak kelas 1, dan pinter ngeles andalan Chisel. Sebenarnya, di hati Chisel banyak luka yang harus dia tahan. Orang tua yang nggak tau kemana, dan sama sekali nggak mau ngurus dia, membuat Chisel kecewa. Hari ini, Chisel sedikit mendung. Wajahnya tidak seperti biasanya.
“Chisel, balik!”
“Nggak bareng sama Den Iqbal, Neng?”
Chisel terdiam tak menjawab pertanyaan pembantunya yang saat itu membawakan air putih untuknya. Tujuan ke kamar adalah satu-satunya untuk melepaskan lelah dan menemui si Luki.
“Hai Luki, gue pulang. Capek!” merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, sebelum merebahkan ke tempat tidur, Chisel mencoba mengusap Luki yang asyik berenang di air.
Luki, adalah kura-kura yang sejak SMP dipeliharanya. Kura-kura ini pemberian kakak kelas yang sekarang melanjutkan kuliah di luar kota. Semua isi hati Chisel, hanya Luki yang tahu. Sedih, senang, BeTe, semuanya Luki tahu. Chisel bangga punya saudara Iqbal yang selama ini mau tahu tentangnya dan ngerti keadaanya klo di rumah. Tapi anehnya, kenapa klo di sekolah dia selalu mojokin dan mencoba bikin malu. Ini yang selama ini jadi pertanyaan buat Chisel dan Luki.
“Chisel, buka pintunya!” dengan kencang Iqbal menggedor pintu kamar Chisel.
“Kenapa?” tanya Chisel kebingungan melihat wajah Iqbal yang merah padam.
“Lo, udah berapa kali gue kasih tau, klo di sekolah jangan macam-macam. Semua guru tahu, Chi. Sikap lo yang kasar dan brutal kaya gitu bisa aja lo dikeluarin dari sekolah. Gue nggak mau itu terjadi ama lo. Mama wanti-wanti sama gue, klo ada apa-apa dengan lo, itu tangung jawab gue. klo selama ini gue cerewet, emang ini semua buat lo. Please, Chi. Jangan bikin Mama gue kecewa ama lo.”
“O………., jadi tante suruh lo ngurusin semua tentang gue. Bukan berarti lo bisa bikin malu gue di depan anak-anak klo di sekolah. Tapi, thanks deh! Mama lo udah terlalu baik ama gue. Selama ini udah besarin gue, sekolahin gue dan sampai sekarang gue juga masih nebeng di rumah lo. Besok gue bakal pulang ke tempat nenek dan lo nggak perlu lagi ngurusin gue.”
“Chi! Gue gini karena sayang ama lo. Nggak ada niat dari gue buat nyakitin perasaan lo. Biaya buat pergi ke tempat nenek juga nggak murah, Chi. Tabungan lo dan gue aja klo digabung nggak bakal cukup. Mereka malah akan marah sama gue, lo mau gue kena semprot lagi dari Nenek sama Mama, seperti seminggu yang lalu kita dapat telepon. Itu baru gue nggak bisa jagain lo, yang jatuh sakit gara-gara kecelakan main skateboard. Apalagi ini, lo marahan sama gue.”
“Ok! Sekarang gue ngerti! Intinya lo ngancam gue khan? gue harus nurut sama lo gitu?”
“Nggak gitu Chi! Tapi sedikitnya lo harus merubah sikap di sekolah. Lo lebih kliatan baik kaya SMP dulu, deh. Tentang guru PKL, salah satu diantara mereka ada Kak Indra. Lo tau khan, adeknya Papa.”
“Urusan ama gue apa? lo nggak denger pertanyaan itu keluar dari mulut gue dari di sekolah tadi? Gue harap, lo juga nggak usah ikut campur dengan masa lalu gue. Jangan-jangan lo seneng gue dicemooh ama anak-anak. Lo emang kadang tuch nyebelin banget, ya. Hanya sedikit kebaikan lo yang gue lihat. Udah deh, nggak usah ngurusin yang namanya saudara atau apalah.”
“Sedikitnya jaga sikap lah. Ini juga buat Kak Indra khan. Kak Indra bangga punya keponakan kita, begitu juga kita bangga punya kakak yang PKL di sekolah kita. Ya, nggak?”
“Apa yang barusan lo bilang, sikap! Nggak salah? Semua keluarga yang gue kenal selalu ngomongin sikap, nggak dari keluarga Mama dan Papa. Tapi kenapa mereka tidak mengerti dengan sikap? Anak semata wayangnya dibiarkan kedinginan menangis meronta-ronta memanggilnya untuk jangan pergi, tapi kenyataanya mereka pergi sampai sekarang tidak melihat apakah anaknya ini masih hidup apa tidak.”
“Bukan maksud gue Chi untuk ngingat masa lalu lo. Tapi lo masih punya keluarga gue. Tante dan Om selalu jagain lo lebih dari dia jagain gue. Selama ini gue juga nggak ngiri, karena gue bisa bahagia klo ngelihat lo waktu kecil ketawa didekapan Mama gue.”
Chisel merasa Iqbal hanya mementingkan keluarganya. Chisel langsung berpikir cepat untuk meninggalkan rumah dimana dia dibesarkan oleh Mamanya Iqbal. Chisel masukan bajunya secara paksa ke dalam tas ransel. Tak lupa, Chisel membawa foto kedua orang tuanya. Walau orang tuanya sama sekali tidak memperdulikannya, Chisel tetap selalu menghormati foto kedua orang tuanya. Hanya foto yang dapat mengenang orang tuanya.
“Lo mau kemana?” tanya Iqbal.
Tidak sepatah katapun keluar dari mulut Chisel untuk menjawab pertanyaan dari Iqbal.
“Chi! Gimana dengan gue, klo lo pergi? Mama dan nenek akan marah besar klo tiba-tiba lo pergi nggak tau kemana. Yakin lo bakal pergi ninggalin rumah ini? lo bakal tinggal dimana Chi? Sama sekali nggak ada soudara. Lagian ini udah malam, Chi. Dengerin gue dulu!” menarik tangan Chisel.
“Gue masih punya Luki, gue masih punya temen-temen gue disekolah, dan lo ingat ya! tanpa lo pun gue bisa hidup.” Chisel beranjak dari kamar dan menuju ke luar rumah untuk mencari taxi. Selagi Chisel menunggu taxi, tiba-tiba Iqbal.
“Tapi, Chi. Sebaliknya, gue nggak bisa hidup tanpa lo.” kata-kata itu begitu mudahnya keluar dari mulut Iqbal.
“Apa lo bilang barusan? Nggak salah denger! Udah lah! Lo sujud-sujud gue nggak bakal balik lagi ke rumah ini, klo sikap lo masih sama.”
“Chi, gue mohon jangan pergi.” Menarik tangan Chisel semakin erat.
“Lepasin. Gue bilang nggak ya nggak! Lepasin!”
Chisel memaksa Iqbal untuk melepaskan menarik tangannya. Dengan paksa akhirnya Chisel berhasil menarik tanganya dari tangan Iqbal, sampai-sampai dia terjatuh dipinggir jalan. Memang nasib Chisel yang sangat amat kurang beruntung, sepeda motor melaju kencang menabrak tubuh Chisel. Chiselpun pingsan tak sadarkan diri, darah yang keluar dari kepalanya juga lumayan deras. Kebinggunganpun melanda perasaan Iqbal.
“Gue mohon, Chi. Lo harus sembuh. Maafin gue Chi.” Iqbal membawanya ke rumah sakit dengan mobil.
Sesampai rumah sakit nyawa Chisel tidak dapat di tolong, karena darah yang keluar dari kepala cukup banyak.
“Chi, gue mohon jangan tinggalin gue. Gue suka ama lo, Chi. Gue sayang ama lo, Chi. Chisel……………….” Teriak Iqbal merasa bersalah.

kau sakiti aku

“Seandainya gue lebih cerewet dari dia, pasti gue nggak bakal kaya gini. Emang dia pikir gue siapa? Berani-beraninya dia bilang klo gue anaknya sok tau dan apalah. Pokoknya gue nggak terima, harus balas dendam!”
“Lo knapa, Sil? Kok ngomong sendiri ama bakso? emang baksonya kenapa? Dari tadi gue liatin lo ngomong sendiri, kaya orang gila. Ada apa? O..iya, gimana kuliah pertama lo, asyik khan. Dan udah dapat gebetan blom. O..iya adek gue juga kul di sini, anaknya betar lagi juga ke sini. Ntar gue kenalin deh, anaknya cakep lho!”
“Gimana nggak jengkel sich, Mbak. Gue khan ngasih pendapat, gue yakin banget klo pendapat gue itu bener. Eh, tiba-tiba ada cowok yang nylonong ngomong klo pendapat gue itu nggak masuk akal. Dan dia bilang ama Dosen klo dia punya pendapat yang lebih ok dan masuk akal. Dari raut mukanya, emang tuch anak cerewet dan ceplas-ceplos gitu. Ngomongin masalah adek, emang Mbak Vina masih punya adek yang kuliah juga. Katanya Mas Firman, nggak punya adek.”
“Adek sepupu kok, dari Jakarta. Emang lo ketemu sama Firman kapan dan di mana?”
“Tadi di parkiran. Bener nie Mbak, gue pengen banget nampar tuch anak yang udah malu-maluin gue dimuka anak-anak yang lain. Masa seenaknya aja dia motong pendapat gue. Khan pendapat orang khan berbeda nggak masalah. Lagian dia sama sekali nggak menghargai pendapat orang lain banget. Udah gayanya yang sok kenal gitu ama anak-anak yang lain.”
“Udah, nggak usah dipikirin, biasa, anak baru berusaha untuk menjadi yang terbaik! Gue jadi penasaran sama teman lo yang barusan lo ceritain.”
“Ah, jadi malas gue kuliah. Klo ada dia, mana ada kesempatan buat gue untuk mengelurakan pendapat. Nah………., itu dia, Mbak. Jangan nengok sekarang. Coba lo liat arah jarum jam 6, sekarang. Mumpung dia blom mendekat.”
“Hah! Yang lo maksud itu anak.” Mbak Vina menengok ke belakang arah jarum jam 6.
“Haloo, Mbak! Ternyata kalian berteman. Sory ya, masalah yang di kelas tadi, udah bikin lo BT.” sapa cowok yang ternyata adek sepupu Mbak Vina.
Gue dalam batin, seenaknya aja minta maaf. Emangnya dia siapa? Klo ada minta maaf, apa gunanya kata dosa. Dasar tengil!
“Sil! Lo nggak apa-apa khan. Ooo…yang lo maksud tuch, Veno. Kenalin dulu dong! Kalian blom pada kenal khan. apalagi kalian satu kelas. Ven, dia ini anaknya Tante Maya. ”
“Jadi, soudara Mbak Vina dari Budhe. Kenalin nama gue Veno. Lo siapa?”
“Sesilia.”
“Panggilannya?”
“Panggil aja dia Sili. Tadi dia cerita, klo kamu di kelas jadi anak sok kenal dan berani nyangkal pendapat dia, ya. Kamu ini bisa-bisanya sich, Ven, cari perhatian ama cewek. Makanya sekarang Sili agak BT gitu ngliat lo.”
“Khan gue udah minta maaf. Dimaafin khan? lagian nggak baik lo dendam!, dosa.”
Gue pamitan sama Mbak Vina untuk langsung pulang karena udah nggak betah buat ngomong sama Veno yang kebetulan adek sepupu Mbak Vina dari Mamanya. Sempat Mbak Vina nawarin buat pulang bareng, karena kost gue nggak jauh-jauh amat dari kostnya. Paginya, emang gue berangkat ama dia, tapi setelah ketemu ama Veno yang bareng pulangnya, mendingan gue naik angkot. Gue rela kepanasan naik angkutan umum.
Setiap hari Mbak Vina ngajak gue bareng ke kampus dari pada gue naik angkutan umum kelamaan, mending naik mobil lebih cepet. Gue terus menolak, kerena ada Veno. Anaknya, gue nggak begitu suka, sok hebat dan sedikit congkak gitu. Walaupun gue nggak begitu tahu-menahu soal dia, tapi dari wajahnya gue tahu banget, klo tuch anak sok tahu sifatnya.
Untung, gue punya teman yang bisa ditebengin buat pulang. Jadi selama gue nggak bareng sama Mbak Vina gue bareng sama teman sekelas gue, namanya Galih. Mbak Vina pernah bilang ama gue, klo dia yang jadi nggak enak, karena nggak jaga aku seperti apa yang dipesan Mama dan Papaku. Tapi karena gue merasa nggak cocok ama sepupunya Mbak Vina, gue coba jelasin ke orang tua gue masalah itu. Yang bikin kesel, Mamanya Mbak Vina minta kita bertiga kontrak satu rumah. Mbak Vina dan Venonya mau-mau aja, tapi gue terang aja nggak mau serumah sama Veno si tengil di kelas. Selama gue sekelas ama dia, jadi tahu perilaku dia. Anaknya pemuja cewek banget. Semua cewek dideketin. Dasar! Muka tembok, nggak tau malu. Masalah yang begituan nggak gue ceritain ke Mbak Vina, soalnya gue nggak enak aja.
“Sil, gue boleh gabung khan? gue mau ngomong sesuatu nie ama lo. Klo boleh, kita jangan di kantin ngomongnya.”
“Apa susahnya sich tinggal ngomong. Nggak bakal gue suruh bayar makanan kok. Cepetan ngomong, habis ini gue ada kuliah nie.”
“Yach. Denger ya. Gue pengen kita ngomong baik-baik. Kenapa lo yang jadi tengil gitu. Sekarang gue tanya, kenapa selama ini lo ngindar ama gue? Kita khan masih saudara. Masa gara-gara masalah yang dulu, lo sampai kaya gini nilai gue.”
“Eh jangan salah. Bukannya lo yang selama ini tengil ama gue. Buktinya, lo nyangkal pendapat gue gitu aja tanpa pandang dulu siapa gue dan gue saat itu malu banget. Ngerti lo. Dan jangan bilang, klo gue saudara lo. Dan gue nggak ngerasa punya saudara setengil lo. Lo tuch ya, kerjanya nguber-nguber cewek, nggak ada kerjaan lain apa? dan gue nggak punya juga saudara muka tembok kaya lo. Puas!”
“Lo bilang gue apa? tengil, muka tembok. Itu semua, lo.”
“Lo.” Sangkal Sili.
“Lo.” Sangkal balik Veno.
Saat itu semua orang yang ada di kantin melihat mereka. Karena Sili dalam keadaan kalut dan bingung dengan apa yang akan diperbuat langsung dia menyiramkan jus yang ada di atas meja ke muka Veno. Sili, langsung pergi gitu aja ninggalin Veno yang saat itu dalam keadaan basah kuyub.
Dengan kejadian itu, Veno nggak terima dengan apa yang dilakukan oleh Sili padanya. Masalah ini, Mbak Vina tak menahu. Veno mengajak teman-temannya untuk mulai mengerjai Sili dan Galih. Ban mobil galih dikempesin, sampai akhirnya Sili nggak bisa pulang. Dari situ, Veno ngajak Sili balik bareng karena Mbak Vina yang sakit pengen ketemu dia. Saat itu Sili terpaksa ikut ajakan Veno buat pulang bareng. Ternyata dugaan Sili untuk ikut pulang Veno salah. Di tengah jalan, Veno pura-pura mobilnya macet, setelah Sili turun dari mobil, Veno cepet-cepet tancap gas mobilnya untuk meninggalkan Sili di jalan tol sendirian.
“Hei, lo mau ke mana? Dasar tengil. Kurang ajar. Awas lo. Ketemu, bakal gue cincang abis-abisan. Udah panas kaya gini, masa dia seteganya gitu ama gue ninggal di jalan tol.”
“Perlu bantuan, Mbak?” Tanya orang yang lalu lalang naik mobil disepanjang jalan tol.”
“Nggak! Makasih.” Jawab jengkel Sili.
“Kok cantik-cantik galak sich.”
Sampai ujung jalan tol, gue baru dapat taxi. Di dalam taxi gue baru merasakan yang namanya benar-benar lelah. Kaki gue serasa mau patah dan nggak tau apa yang akan gue lakukan sesampai kost dalam keadaan seperti ini. Gue berpikir, tidak akan merespon akal busuk Veno lagi dan gue juga menganggap klo Veno udah nggak ada. Sampai kost, gue baru ngerasa klo kaki gue bener-bener sakit dan saat itu buat jalan serasa nggak enak dan berat. Kira-kira 4 hari gue nggak masuk kuliah, dari situ Mbak Vina kwatir dan akhinya nyari gue ke kost. Gue jadi nggak enak ngerepotin Mbak Vina. Mbak Vina maksa gue buat tinggal sementara di kontrakan yang ternyata Veno tinggal di situ juga. Selama gue di kontrakan, Veno lalu-lalang tak kuperhatikan. Gue menganggap dia hanya arwah manusia tengil yang gentayangan.
“Veno, ambilin air hangat.”
“Buat apa?”
“Nanya buat apa lagi. Lo nggak tau nie kaki Sili bengkak. Udah, sana ambil! Kenapa sich nie Sil kaki lo. Klo lo nggak mampu ikut UKM jangan ikut, gini nie jadinya.”
“Nggak perlu kaya gini deh Mbak. Mendingan Sili balik aja ke kost. Ini udah agak mendingan kok.”
Karena gue udah agak mendingan, gue tulis pesan di pintu kulkas klo gue balik ke kost dan makasih udah perhatikan Sili. Untuk Mbak Vina. Walaupun kaki gue masih sakit, tapi gue tetap bertahan klo gue nggak perlu bantuan cowok tengil seperti Veno. Balik dari tempat Mbak Vina, gue dijemput ama Galih teman seperjuangan menghadapi Veno si tengil.
Gue nggak nyangka klo Veno masih nggak terima apa yang dilakukan Mbak Vina padanya dengan menyuruh-nyuruh dia untuk mengambil segala macam yang diperlukan Mbak Vina buat ngobatin kakiku.
“Gue ingin balas dendam. Kalian harus bisa kasih pelajaran sama Sili. Gue ingin klo dia meraskan benar-benar sakit. Masa kemarin gue disuruh ngambilin air buat kompres kakinya yang bengkak itu.”
“Tapi, Ven. Sili khan masih saudara lo. Lo nggak takut lo bakal dibenci sama keluarga lo yang lain.”
“Masa bodoh!”
Pembicaraan mereka tak sengaja gue denger dari balik tembok yang ngehubungin antara kamar kecil cewek dan cowok. Gue nggak tahu apa yang merasuki pikiran Veno sampai berbuat seperti itu. Karena gue takut Veno akan bertindak yang tidak gue inginkan. Gue langsung pamit ijin pulang dari sekolah dengan alasan sakit.
“Tidak…………………”
Kejadian itu berlangsung cepat, bangun-bangun gue sudah ada di atas tempat tidur rumah sakit. Gue kecelakaan, kaki gue retak dan sampai harus dioperasi. Ada cowok yang bawa gue ke rumah sakit, ternyata dia yang nabrak gue sampai seperti ini.
“Lo nggak apa-apa khan? gue janji bakal bertanggung jawab dengan apa yang telah terjadi tanpa sengaja ini. Gue bukan orang sini. Gue datang ke sini juga mau cari teman gue. Klo boleh tahu alamat lo di mana, ntar bisa gue kasih tau mereka.”
“lo siapa?”
“Gue Sandi. Dan ini teman-teman gue ada Iskak dan ………”
“Gue Febra.”
Cowok yang selama ini menjagaku di rumah sakit ternyata teman Veno yang datang dari Jakarta. Gue sempat berpikir ini ulah Veno. Tapi untuk menduhnya sekarang bukan saat yang tepat, dan takutnya gue yang akan malu sendiri.
“Lo yang nabrak dia, San?”
“Gue nggak tau dan gue nggak sengaja. Kejadian itu tiba-tiba aja. Dia waktu nyeberang seperti orang ketakutan dua hari yang lalu sekitar jam 10-an gitu.”
“Jadi lo datang hari senin kemarin. Jadi lo hubungi gue saat itu lo ada di sini jagain nie cewek? Dan kenapa lo baru hubungi gue sekarang. Lo tahu itu cewek adek sepupu, kakak sepupu gue. Klo dia tahu, lo teman gue mampus aja deh gue.”
“Emang kenapa diantara kalian. Tolong, Ven. Lo jangan tinggalin gue dalam keadaan seperti ini. Gue takut keluarga mereka nggak terima.”
“Setahu gue, Sili nggak seperti itu anaknya. Tapi, klo kakak sepupu gue yang kebetulan kakak sepupu dia juga, pasti nggak terima. Gini aja, yang penting sekarang lo bantu dia untuk terus semangat dan jangan singgung masalah gue karena gue ama dia nggak begitu akrab. Ok!”
Persembunyian Veno dibelakang Sandi, membuat gue curiga ini semua adalah ulah Veno. Karena gue udah nggak betah dijadikan korbannya, gue langsung bilang ke Mbak Vina. Mbak Vina nggak terima atas kelakuan Veno yang urakan dan mengakibatkan gue cedera.
“Kamu puas! Apa ini yang selama ini lo inginkan. Kenapa nggak bikin gue mati aja sekalian. Kenapa lo setega ini melakukan hal itu ke gue, Hah. Apa salah gue sebenernya. Ayo bilang. Sekarang lo lempar batu sembunyi tangan. Kenapa harus teman lo Sandi yang maju. Dasar tengil. Manusia kurang diuntung.” Tangis gue terisak-isak menahan sakit dan menahan emosi yang tinggi pada Veno yang saat itu ketangkap basah sedang bicara dengan Sandi di depan kamar inap gue.
Veno beberapa kali menjelaskan kalau hal itu bukan ide Veno dan itu semua tanpa rekayasa. Selama beberapa bulan Sili terus duduk di kursi roda karena kakinya yang blom maksimal sembuh total. Veno yang sekarang telah berubah menjadi anak baik dan penurut. Kecelakaan itu bisa merubah diri Veno. Karena Sili butuh orang yang bisa menjaganya, sekarang Veno rela melakukan apa aja demi Sili sembuh kembali. Kursi roda tak lagi Sili gunakan. Bukan berarti kursi roda tak digunakan Sili sudah sembuh total. Veno rela antar jemput Sili dari kampus. Semua mata memandang Veno dan Sili yang sekarang sedang lengket-lengketnya.
“Ternyata mereka dari benci bisa ke cinta, ya.”
“Dasar si Veno. Manusia tengil buat Sili, sekarang jadi idaman dan ajudan.”
Sampai gue dan Veno digosipkan pacaran. Ternyata Veno bener-bener suka tipe cewek seperti gue. Veno yang selama ini mencoba mendekati gue, tidak ada artinya. Saat Veno mengutarakan isi hatinya, gue lebih memilih Galih, cowok yang selama ini memberi perhatian lebih ke gue. Gue lebih memilih bersaudara denganVeno tak lebih dari itu. Mbak Vina ternyata suka sama Firman, cowok yang selama ini suka padanya dan seringnya hanya dicuekin. Veno tak pernah putus asa untuk mendapatkan cinta dari gue. Selama gue dan Galih, Veno selalu mencari kesempatan memberi perhatian untuk gue. Karna selama ini dia sering sakiti gue, tak akan kuberikan cinta untuknya. Karna gue juga ingin lo sakit seperti gue. *End**

ciuman pertama

Saat merasa sudah dewasa, inginnya merasakan yang namanya ciuman. Begitu juga dengan ciuman yang tanpa sengaja dilakukan oleh Lili dan Ocha. Mereka adalah pemain basked di sekolah yang sangat popular. Di mana mereka main, semua pasti teriak Lili………….Ocha……….dan nggak pernah mereka lelah memanggil nama Lili dan Ocha. Mereka sering bertarung di lapangan basked, walaupun Lili adalah seorang cewek, tetap nggak mau kalah sama yang namanya Ocha. Anehnya, mereka sangat akrab dan tidak pernah berantem gara-gara basked. Saking akrabnya, mereka sering curhat masalah cowok dan cewek yang mereka sukai. Mereka berdua sama-sama tidak punya cowok dan cewek, menurut Lili dan Ocha pacar mereka saat ini adalah bola basked. Kemana-mana bawaannya bola, sampai nggak pernah ketinggalan, tidur aja mereka sering bawa. Ada kejadian yang bikin Lili kesel adalah saat dikelas salah satu temannya melemparkan bola kedepan kelas dan mengenai guru yang sedang mengajar, alhasil Lili kena semprot dan dihukum untuk berdiri dilapangan basked sampai mata pelajaran tersebut selesai.
Nggak kalah menarik dengan Ocha, Ocha selalu usil pada guru yang mengajar diikelasnya. Apalagi klo masalah guru yang ngajar cewek dan abohay. Sebut saja nama gurunya Bu Indah, primadona disekolah. Cantik, pinter, dan banyak yang suka cara ngajar Bu Indah. Masih muda dan sigle. Sempat Ocha bercita-cita pengen jadi suami Bu Indah. Bu indah yang asyik mengajar di kelas, nggak lama kemudian Ocha nyeletuk klo Ocha pengen jadi pacar Bu Indah. Serentak semua mata menatap Ocha yang nggak tau malu dan kurang ajar kepada Bu Indah. Bu Indah hanya tersenyum dengan apa yang dikatakan oleh Ocha. Selayaknya guru yang baik, lembut, dan tidak tegaan kecil sekali kemungkinan Ocha bakal dihukum. Dengan senyum dan berjalan ke meja Ocha, Bu Indah menggandeng tangan Ocha keluar kelas dan masih dengan senyum yang tidak kelihatan seperti mau menghukum Ocha berkata kepada siswa yang lain untuk tenang di kelas. Walaupun senyumnya bikin seneng orang yang melihat, ternyata tidak begitu yang dilakukan pada Ocha. Hukuman yang tidak tanggung-tanggung, Bu Indah menyuruh Ocha melemparkan bola basked ke ring selama mata pelajaran berlangsung. Bayangin aja, tering mentari yang siang itu benar-benar ingin membakar kulit manusia.
Lili dan Ocha bertemu dengan keadaan yang kurang menyenangkan. Dengan Lili berdiri sambil mendribel bola baskednya dan terus bergeser saat mentari mulai datang membakar tubuhnya asyik ngobrol dengan Ocha yang juga mulai berkeringat memasukan bola kedalam ring. Ocha membawa keadaan itu dengan semangat, dan sering banyak bercanda dengan Lili. Guru yang menghukum Lili teriak dari loby sekolah untuk Lili kembali pada tempat semula. Dengan yakin dan bahagia, Lili mengucapkan selamat tinggal dan selamat berpanas-panas ria pada Ocha dan menghampiri guru tersebut. Setelah menghadap gurunya, ternyata salah dengan apa yang dimaksudkan Lili. Lili diharapkan untuk tetep ditempat semula dia dihukum, yang tempatnya begitu menakutkan. Panas dan terik matahari mulai membakar kulit Lili kembali. Ocha hanya cengar-cengir melihat sikap Lili yang kepedean.
Percakapan antara Lili dan Ocha mulai lagi. Mereka membicarakan v-day yang nggak lama lagi bakal datang dimuka bumi ini untuk mengarungi hati seseorang untuk berkasih sayang. Ocha dengan percaya dirinya mengajak Lili untuk pacaran dan berciuman sekarang juga dilapangan basked. Ocha bilang sedikit bikin sensasi, dan mau nanggung akibatnya klo mereka akan dikeluarkan. Lili menolak, karena Lili masih kelas 2 dan masih ingin merasakan hari-hari SMUnya dengan gembira. Sedangkan Ocha sebentar lagi lulus, tapi Ocha tidak berpikir sampai kearah situ klo dia bakal dikeluarkan klo melakukan hal tersebut. Ocha terus memaksa bertanya pada Lili dengan siapa terakhir ciuman. Lili langsung terangkat wajahnya dan serasa Lili dilecehkan dengan orang macam Ocha yang semakin lama semakin kurang ajar. Ocha mencoba menjelaskan kepada Lili apa yang dikatakan dengan maksud baik dan tiak ada kata melecehkan dalam kamus hatinya. Ocha terpaksa mengatakan kisah cintanya yang selalu tragis karena masalah orang tua si cewek yang tidak menyukai Ocha karena dia pemain basked. Masa depan akan suram klo pacaran dengan atlit. Mentoknya cap playboy dan segala macamnya pernah mampir dibenak Ocha.
Lili ingat dengan apa yang dikatakan Mamanya untuk pacaran saja sesama atlit basked, biar nantinya anaknya juga jago basked. Tidak diragukan dari keluarga Lili semua orang atlit. Mamanya yang mantan atlit renang, Papanya mantan atlit tennis, sekarang bekerja sebagai pelatih atlit tennis nasional dan kedua kakaknya cowok juga atlit bulutangkis. Satu yang tidak mengikuti jejak keluarga adalah kakak cowok Lili yang nomer 2 lebih memilih menjadi anak band yang sekarang lumayan terkenal dan banyak dikagumi para fansnya.
Ocha berharap Lili adalah cewek yang selama ini ditunggu-tunggu dan bisa singgah dihatinya. Ocha minta ciuman itu karena bukti klo dia bisa memilikinya. Semua cewek yang singgah dihatinya, selalu menolak ciuman dengan Ocha. Tinggal Lili harapan cewek satu-satunya yang merasa Ocha sreg dengannya, apa yang akan dikatakan ole cewek manis, tomboy dan sedikit Bengal ini bikin Ocha kaget dan binggung sendiri. Ini bukan cinta pertama Ocha, tapi dia berharap ini adalah cinta terakhirnya buat Ocha. Lili mengatakan iya, mau pacaran dengan Ocha dan berani melakukan tindakan sebodoh itu dilapangan basked.
Ocha dengan langkah cepat berlari kearah Lili yang posisinya tepat dibelakangnya dan membelakanginya. Ocha mengatakan untuk Lili berbalik kearahnya. Jadi selama mereka dihukum, mereka sama sekali tidak saling pandang tapi saling membelakangi. Ciuman itu cepat berlalu, dan wajah mereka saling memerah. Ocha mengecewakan Lili, karena Ocha tega mengatakan klo ciuman ini adalah ciuman pertamanya. Dengan jengkel dan sebalnya, Lili melemparkan bola basked kearah Ocha dan tepat mengenai kepalanya. Langsung Ocha tak sadarkan diri dengan apa yang dilakukan oleh Lili. Lili bingung, dan nggak tau apa yang akan dilakukan kepada Ocha. Lili semakin bingung dengan apa yang terjadi dengan Ocha yang terlihat sesak untuk bernafas. Dengan apa yang dikatakan Mamanya untuk membuat nafas buatan dari mulutpun langsung Lili lakukan. Tidak lama, Lili melakukan itu Ocha sadar dengan tawa sedikit mengejek. Ocha langsung memeluk Lili, dan berharap dia adalah cewek yang yang terakhir dan bisa jadi istrinya kelak dan mencoba menghilangkan cita-citanya untuk pacaran dan beristrikan Bu Indah.
Ciuman yang dilakukan Ocha dan Lili sama sekali tidak diketahui oleh orang lain. Serasa semua orang disulap menjadi buta oleh Lili dan Ocha. Setelah berpelukan dan kembali ketempat hukuman masing-masing, tidak lama kemudian bel istirahat berbunyi. Rasanya lega sekali. Ocha berlari dan menggandeng tangan Lili kearah kantin. Siswa yang baru keluar dari kelas merasa terkejut dan sedikit menyesal karena tidak bisa menonton duel basked Lili dan Ocha. Mereka semua mengira, mereka berdua berkeringat karena habis main basked. Semua orang yang ada disekolah belum sadar juga klo Lili dan Ocha idola para cowok dan cewek itu telah jadian. Minuman favorite mereka akhirnya terteguk juga ditenggorokan. Setelah lelahnya hilang, Ocha masuk ruang guru dan bertemu dengan Bu Indah dan mengatakan klo Lili adalah cewek yang dia dapatkan dari hukuman itu. Begitu juga dengan Lili, dengan tangan yang masih bergandengan. Lili mengatakan kepada Pak Korim bahwa cinta Ocha yang dia dapatkan saat hukuman itu. Bu indah, Pak Korim dan guru-guru yang lain hanya tersenyum bangga dengan apa yang dilakukan Lili dan Ocha. Guru-guru juga berharap dapat membawa nama sekolah di tingkat nasional dalam pertandingan basked.
Hubungan mereka tidak begitu mudah dicium oleh semua siswa yang ada disekolah. Lili dan Ocha benar-benar menutupi hubungan mereka. Sampai suatu saat Lili digosipkan pacaran dengan anak baru yang tampangnya tidak jauh dari ketampanan Ocha. Mendengar gosip itu Ocha terang aja nggak terima dan langsung bikin sensasi ngumumin hubungan mereka disetiap kelas. Awalnya Ocha berpikir ini bakal bikin malu Lili dan dia sendiri, tapi mau nggak mau ini adalah resiko mencintai seseorang. Setelah semua kelas mendengar dari mulut Ocha sendiri, seakan semua sekolah serasa sunyi senyap karena cowok dan cewek yang selama ini diidolakan dan digandrungi sudah pacaran. Ternyata ciuman pertama Lili, bikin hatinya terbuka untuk menerima Ocha yang awalanya hanya main-main saja. The END

cinta diujung hidupku

“Lo, kenapa sich dari tadi malam, kerjaannya ngelamun aja! Mikirin cowok, mikirin jatah uang bulanan blom sampai ke tangan atau mikirin masalah yang kemarin?”
Rexa masih terdiam tanpa menghiraukan apa yang ditanyakan oleh temannya. Matanya seakan menerawang jauh kelangit-langit kantin sekolah dan tiba-tiba kata-kata yang seharusnya tidak keluar dari mulut gadis cantik, pendiam dan lemah lembut.
“Kurang ajar!”
“Rex, lo nggak apa-apa khan? gue yakin ini masalah yang kemarin. Udah nggak usah diambil pusing, masih banyak cowok-cowok yang mau ama lo. Siapa dia! sampai bikin lo kaya gini. Dia itu bukan makhluk yang diidam-idamkan, tau! Semua orang bilang kalau cowok macam dia perlu dikasih pelajaran. Lo percaya aja ama gue, klo lo nggak bakal nyesal. Malah sebaliknya, dia yang bakal nyesal klo saat ini dia nolak lo.”
“Masalahnya nggak segampang itu juga, Nas. Lo tau, gue kalah taruan ama si cewek tengil itu!”
“APA………………..?????? gila aja lo, Rex! lo sadar udah mainin hati cowok. Lo juga yang salah, tau sendiri klo Randa tuch suka cewek tengil macam dia, ngapa juga lo cabanin. Sama aja lo dipermainin ama mereka berdua. Dasar! Lagian gue khan teman lo juga, Rex. Kenapa nggak ngomong duluan ama gue!”
“Agh….udah lah! Nggak usah dipikirin. Yang terjadi biarlah terjadi. Yang penting sekarang bikin yang namanya Randa nyesel udah nolak gue.”
“Bener! Gue suka gaya lo. Tapi nggak bisa dibiarkan, tetep kita harus cari tahu, apakah mereka berdua kerja sama.”
Rexa dan Nesa mulai berpikir lincah untuk mencari tahu apakah Randa, cowok yang selama ini menjadi incaran Rexa dan Nesa sekongkol dengan Nila si cewek tengil untuk mengerjainya. Rexa nggak pandang bulu, mulai dari ban mobil Randa yang dipasangi jarum sampai mengunci rapat-rapat Nila dikamar mandi.
Penyelidikan dimulai, karena Rexa adalah cewek yang banyak ide dalam hal teknis dan bukan hal mata pelajaran, ide yang keluarpun bikin Nesa teman dekatnya terkejut.
Satu hari sebelum penyelidikan,
“Kak! Rexa masuk kamar ya?”
“Ngapain lo kesini, paling juga mau ngancurin robot-robot gue.”
“Jahat banget sich sama adek sendiri! Yach terserah kakak deh, mau dibilang suka ngancurin robot-robot buatan kakak kek, mau dibilang perusak kek, atau mau dibilang…..”
“Nggak usah cerewet, pasti lo lagi ada maunya. Nggak usah malu-malu, ayo! Ngomong. Klo pinjam uang atau minta uang, sama aja! Kakak juga blom dapat kiriman.”
“Bukan itu! Rexa minta, kakak mau buatin hidden camera record. Paling nggak, lima buah gitu!”
“Lo ngomong apaan barusan! Emangnya gue ini gudang duit apa?”
“Kakak budik ya! Rexa nggak minta duit, Kak. Rexa minta buatin alat buat rekam suara orang yang ditaruh tersembunyi.”
“Rexa! Lo disekolahin mahal-mahal kok Oneng gitu sich. Buat beli alatnya itu nggak mahal, sayang. Alias jutaan! Paham! Kakak sendiri ngerjain tugas ini aja, jutaan. Lo yang nggak ngerti apa-apa sok gaya pengen macam-macam.”
“Berapa duitnya, ntar Rexa ganti. Pokoknya mau nggak mau besok pagi udah ada. Berapa duit yang kakak minta?”
Rexa, merelakan tabungan yang selama ini diidam-idamkan untuk membeli mobil sendiri hangus sudah. Elyas, kakak Rexa sempat terkejut melihat tabungan adeknya yang begitu besar rela buat alat yang nggak begitu penting. Karena Elyas sangat menyayangi adek semata wayangnya, dia berusaha untuk mencari alat itu dengan meminjam ke teman-temannya yang kebetulan punya alat tersebut.
“Rex, nie apaan?”
“Udah! Nggak usah banyak tanya. Sekarang, kita buntutin yang namanya Randa dan Nila. Dimana aja mereka biasa nongkrong.”
“Nggak ada kerjaan lain, Rex? Masih banyak kali, yang bisa kita kerjakan selain buntutin mereka berdua. Makan dikantin kek, ngerjain tugas matematika di perpus kek, lebih gimana….geto! dari pada kaya gini kaya orang nggak jelas, tau!”
“Lo mau ikut nggak? Klo ikut, ayo! Klo nggak ikut, sana pergi dan diam.”
“Iya…Iya…gue ikut! Apa sich yang nggak buat lo, Rex.”
Selama ngikutin Randa dan Nila banyak banget yang merhatiin Rexa dan Nesa. Sampai-sampai kakak kelas yang awalnya nggak tau Rexa jadi pengen tahu tentang Rexa. Akhirnya satu hari penuh Rexa puas dengan apa yang dia dapatkan. Mulai dari kantin meja paling pojok, café seberang sekolah, bangku sekolah dimana Nila duduk dan di bangku Randa duduk. Ini baru pemasangan hidden record yang wajah Rexa udah kesenengan, blom klo hasil rekamanannya yang dihasilkan memuaskan seperti apa yang diharapkan Rexa.
“Tuch cewek sering banget ke sini ada apaan sich?” tanya salah satu kakak kelas bernama Reno yang kebetulan penasaran banget sama Rexa.
“Katanya sich ada masalah ama Randa. Cinta ditolak, ide Rexa bertindak. Eh, jangan salah ama tuch cewek! Idenya nggak kalah sama ide-ide doraemon. Bisa kenal ama dia, mujur banget deh! Kenal aja sich biasa, tapi klo jadi orang terdekat dan jadi cowoknya baru luar biasa. Kakaknya yang namanya Elyas tuch pinter banget. Jago bikin robot-robot unik. Sering juga kok ngadain pameran. Emang lo nanya adek kelas tuch kenapa? Naksir, Ren?”
“Nggak! Cuma penasaran aja ama tuch cewek!”
Selama seminggu Rexa dan Nesa selalu mengintai keberadaan Randa lewat hidden camera record. Tak disangka, saat Rexa mengambil Hidden camera record yang ada di bawah bangku, tiba-tiba aja Randa muncul dibelakangnya.
“Ngapain lo disini! Apaan yang lo ambil dari bawah bangku gue? Sini liat!”
“Nggak ada apa-apa kok! eh….jangan ambil!”
“Gila aja lo!” sambil merampas sesuatu dari tangan Rexa.
“Iya! Emang klo gue udah gila, lo mau apa? sini, itu punya gue. lo nggak berhak ngerampas punya gue.”
“Sialan lo! berani macam-macam am ague!” tamparan yang cukup keras dari Randa mendarat di wajah Rexa yang kalem.
Semua isi kelas melihat adegan apa yang dilakukan Randa pada Rexa. Tamparan yang bikin Rexa sedikit mengeluarkan darah dari mulutnya, tidak membuat halangan untuk membalas tonjokan ke wajah Randa.
“Aduh! Lo anak nggak punya malu, apa? lo liat ini!” sambil menginjak hidden record sampai hancur.
Rexa langsung lari ke parkiran mobil, searah dengan parkiran mobil melihat ada alat pemotong rumput langsung Rexa mabil. Saat yang mengejutkan waktu istirahat ini membuat guru-guru ikut keluar melihat tingkah Rexa yang menyasat mobil Randa sampai lecet dan mengelupas catnya. Saat itu Randa masih blom sadar, klo Rexa berlari untuk menghancurkan mobilnya.
“Randa! Gawat tau nggak sich? Rexa ngancurin mobil kamu tuch! Lo gimana sich, kok malah enak-enakan dikelas ngelamun. Ayo!” ajak Nila. Randa berlari ke parkiran dan terkejut melihat mobilnya yang bodynya sudah hancur lemur karena ulah Rexa.
“APA…………………????? dasar ya tuch anak! Maunya apaan sich? Mau cari mati ama gue! udah ditampar, nggak kapok apa!”
“Lo tampar dia, Ran! Ingat Ran, dia itu cewek. Lo sich main tangan gitu aja. Gimana nggak jengkel klo ditampar dimuka umum.” Sahut Nila.
“Lo nggak tau apa-apa mendingan diam! Sekarang Rexa mana? Gue nggak mau tau, harus minta ganti rugi atas semua ini.”
“Lo bilang apa barusan! Dasar Bekicot! Impas khan, kamera gue yang lo injak dan tamparan yang lo kasih kegue. Klo masalah tonjokan itu, sebagai bonus karena seorang Randa Oktanius cowok yang berani main tangan ama cewek macam gue.”
“Rexa, nie sapu tangan buat lo! usap darah yang ada di bibir lo.” kasih Reno dengan santainya.
“Makasih!” meninggalkan parkiran dan menuju kelas. Saat berjalan menuju kelas, tubuh Rexa tak kuasa untuk menahan sakit, pingsan tepat di samping Reno. Reno langsung menggendongnya kearah mobilnya dan membawa langsung ke rumah sakit.
“Bu, kami minta ijin untuk membawa Rexa ke rumah sakit.” Minta Nesa dengan langkah cepat.
“Iya! Hati-hati. Jangan lupa kabari pihak sekolah ya!”
Nesa terus bertanya siapa mereka.
“Lo teman deketnya Rexa?”
“Iya! Kalian siapa?”
“Gue Reno dan ini teman gue Bimo. Sebenernya ada masalah apa kalian dengan Randa?”
“Ceritanya panjang! Eh, gue bisa pinjam HP lo nggak? Mau hubungin kakaknya Rexa.”
Saat Nesa menghubungi kakaknya Rexa, Elyas terkejut dan kwatir dengan keadaan adeknya. Langsung Elyas pergi dimana Reno membawa Rexa diperiksa. Elyas mengkwatirkan penyakit adeknya yang rawan dengan tekanan-tekanan yang keras. Kedatangan Elyas membuat Rexa kembai tersenyum dan berharap memaafkannya, karena kemeranya rusak satu. Elyas melupakan hal itu, yang terpenting adalah kesehatan Rexa.
“Nes, lo pasti tau apa yang terjadi khan? ada apa ama Rexa, kok bisa sampai kaya gini.”
“Nggak ada apa-apa kok, Yas. Cuma dia tiba-tiba pingsan aja! Kelelahan aja kali.”
“Lo nggak usah boong deh! Terus kenapa juga kameranya sampai rusak segala klo nggak ada apa-apa. Nggak mungkin khan, klo cuma pingsan aja, kameranya jatuh sampai hancur gitu. Lo cerita aja ama gue nggak apa-apa. Itu lebih baik dari pada lo nggak cerita, Nes. Terus mereka ini siapa.”
“Dia kakak kelas yang antar Rexa ke sini.”
“Itu bukannnya Reno! Reno, masih ingat ama gue. Elyas! Kita dulu pernah tetanggaan di komplek lama. Ingat nggak?”
“Iya! Gue ingat! Yang seringnya kita godain cewek-cewek lewat depan kompleks itu khan. Jadi Rexa adek lo, yang sering gue godain itu. Kok gue bisa lupa ya! sekarang lo tinggal dimana?”
“Gue tinggal bertiga, Rexa ama Mbok Ike. Mama ama Papa gue tinggal di Jakarta. Kapan-kapan main dong ke rumah, sekarang gue tinggal di Case grand. Thanks ya, dah nganterin Rexa kesini. Klo terlambat nggak tau gimana jadinya si Rexa.”
Ternyata Rexa mengidap penyakit jantung lemah, yang tiba-tiba bisa pingsan karena kelelahan dan kaget. Saat ini, Reno menaruh hati pada Rexa. Cewek yang kalem dan cantik ini sempat bertanya-tanya siapa cowok yang selama ini selalu menemaninya di Rumah Sakit. Obrolan diantara merekapun berlanjut. Ternyata, Rexa ingat betul waktu masih kecil ada cowok yang selalu menggoda.
“Klo udah gede mau jadi cewekku nggak?” tanya Reno waktu kecil pada Rexa.
“Ih, siapa yang mau pacaran ama cowok dekil nggak pernah mandi kaya kamu!” selalu Rexa waktu kecil menjawab seperti itu, yang kata-katanya diperagakan oleh Reno.
Mereka tertawa lepas mengingat masa kecil yang lucu dan serasa aneh klo diingat sekarang. Reno menegaskan jangan main ulah lagi sama Randa, soalnya Randa itu tak sebaik seperti wajahnya yang kebanyakakn diidolakan para cewek. Tapi Rexa nggak mau denger apa yang dikatakan oleh Reno. Rexa tetep mau bales dendam yang kedua kalinya. Semuanya yang diterima Rexa saat ini belum cukup. Masih ada ide yang bakal keluar dari benak Rexa untuk melakukan keinginannya.
“Gue suka ama lo, Rex! Gue juga nggak terima, cewek yang selama ini gue cari-cari disakitin ama cowok. Tapi demi penyakit lo, Rex. Jangan siakan tubuh lo buat ngadilin cowok macam dia. Masih banyak kegiatan yang lebih baik yang harus lo lakuin, Rex.”
Rexa terkejut mendengar apa yang dikatakan Reno. Rexa ingat betul, Reno emang cowok yang baik dan perhatian selama ini. Tapi saat ini, Rexa masih menaruh hati sama cowok yang sudah menyakitinya. Elyas tahu betul kemauan adeknya, untuk cintanya diterima oleh Randa. Seminggu lebih, Rexa tidak masuk sekolah karena harus dirawat. Dengan perasaan menyesal karena telah memukul Rexa dan mencampakan cintanya, Randa merasa bersalah. Randa orang yang dicintai dan dianggap paling keji tiba-tiba nongol didepan kamar dimana Rexa dirawat.
“Hei!”
“Ngapain lo kesini! Mau bunuh gue? silahkan! Lebih baik gue mati ditangan orang yang gue cintai dari pada gue mati…..”
“Nggak, Rex! Gue yakin lo bakal sembuh. Dan gue yakin ama diri gue yang sekarang klo gue juga sayang ama lo. Bener apa yang dikatakan anak-anak kemarin, jangan terlalu benci sama seseorang, bisa-bisa jatuh cinta ama orang yang lo benci. Sekarang gue rela lo tonjokin sampai gue terbaring sakit kaya lo, asal lo mau sembuh dan berdiri di samping gue selamanya. Gue nggak mau lagi nolak lo gara-gara hasutan seseorang yang selama ini juga benci ama lo, pengen tahu siapa dia? Nila!”
“Jadi, kemarin lo nolak gue gara-gara dia hasut lo. Cemen banget sich lo! gue kasih tau ya, klo gue nggak suka cowok yang sering kena hasutan orang langsung percaya gitu aja. Walau gue cewek yang lemah dan pendiam, bukan berarti gue nggak bisa nantang lo ama Nila. Gue baru percaya klo lo bener-bener suka ama gue, lo nunduk dilantai sekarang juga.”
“Ok! Gue yakin lo bisa sembuh, Rex. Teman-teman di sekolah banyak yang tanya kemana doraemon kita? Seorang doraemon tak ingin sakit dan pasti bisa sembuh karena dia punya kantong ajaib dan ide yang cemerlang. Bener khan, Rex?”
Saat Randa bediri, wajah Rexa sudah terlihat pucat. Didekap tangannya serasa dingin dan perlahan Randa mendekatkan tangannya ke hidungnya. Randa terkejut, tak ada lagi nafas dari seorang doraemon. Randa mendekap tubuh Rexa kencang. Elyas, Reno dan Nesa tak kuasa melihat Rexa pergi di dekat orang yang dia cintai. Semoga saja cinta Randa bisa mengantar Rexa dengan tenang. The End

ku ingin sembuh

Selama dia duduk di bangku SMU, dia merasa ada yang menjanggal dalam dirinya. Setiap kali ada acara yang melelahkan selalu pingsan. Khususnya pada saat upacara bendera, Nila binggung apa yang terjadi pada dirinya. Dia merasa selalu menyusahkan teman-teman dekatnya. Nila di sekolah lebih terkenal sebagai pelanggan pingsan. Tapi mereka dengan senang hati membantu dan menganggap hal itu biasa saja. Cewek yang satu ini juga anggota cherleader sekolah. Nila yang jago debat ini nggak tahan sama yang namanya lelah. Banyak lelah, akan semakin banyak juga Nila pingsan. Tapi hal itu sama sekali nggak terpikirkan Nila untuk berobat. Nila anaknya cewek banget. Dikit-dikit nyisir rambut dan apa aja yang dipakai serba biru. Mulai dari tas, sepatu dan perlengkapan yang lain. Rambutnya yang panjang membuat anak-anak ngiri. Nila selalu merawat rambut panjangnya dengan teliti dan ingin selalu sehat. Uang jajannya dia sisakan hanya untuk rambut. Nila suka sama cowok yang kebetulan jago main basket, namanya Rivael, sering dipanggil Ael. Nila juga sering jalan sama Ael ke Mall sekedar cuci mata dan isengan Nila aja mengajak Ael jalan biar hubungan mereka akan lebih dekat. Klo masalah cowok Nila begitu hebat, tapi klo udah masuk dalam urusan cinta, Nila sama sekali takut dan nggak ngerti. Yang bikin kesel Nila saat itu adalah, pulang dari Mall nggak ada taxi satupun yang lewat. Terpaksa Ael memutuskan pulang naik angkutan umum. Nila sudah kebingungan bagaimana caranya menolak ajakan Ael yang pulang naik angkutan umum. Melirik jam tangan yang ada dipergelangan tangan manisnya, jam menunjukan tepat pukul 12 siang. Nila ketakutan akan pingsan gara-gara kelelahan naik turun dan gonta-ganti line bus. Akhirnya Nila tidak berani menolak ajakan Ael, karena ini adalah saat yang tepat buat berduaan dengan Ael. Dugaan Nila benar, dia pingsan seturun dari bus. Semua orang yang ada di halte mencoba ikut menolong Nila yang sudah tak berdaya karena pingsan. Ael langsung membawa Nila ke rumah sakit terdekat. Ael lega karena Nila sudah ditangani oleh Dokter. Ael bingung bagaimana menghubungi teman-temannya. Untung ada nomer orang tua Nila yang juga begitu dekat dengan Ael. HP-nya Nila hilang diambil oleh tangan-tangan nakal orang yang tidak punya moral. Bukannya menolong, malah ambil barang yang ketinggal milik korban. Sungguh malang nasib Nila. Ael adalah teman yang baik. Seharian, Ael menunggu Nila siuman. Saat Nila siuman, Ael telah tertidur di sampingnya. Awalnya, Nila akan membiarkan Ael tidur tapi gara-gara suara nafas Nila yang kurang teratur membangunkan tidurnya Ael dari samping Nila.
“Lo nggak apa-apa khan, Nil. Gue kwatir sama lo, takutnya ada apa-apa, semua ini yang salah emang gue. Bukannya gue nggak mau merasakan penderitaan teman, tapi nggak enak klo lo sakit gara-gara gue ajak naik angkutan umum.”
“Gue khan juga teman baik lo, El. Jadi buat apa gue nolak kemauan teman, nggak enak kali. Sekarang gue udah mulai baikan kok. Ntar klo gue udah enakan balik, ya. Gue udah nggak ada duit nie buat bayar obat.”
“Emang selama ini kamu sakit apa? lo nyantai aja, Nil. Khan ada gue, lo pikir guna teman sebaik gue ini apa? nggak ada dan nggak perlu lagi?”
“Nggak gitu, El. Sekarang bayar Rumah sakit tuch nggak semurah yang lo bayangkan. Gue aja masih mikir klo harus masuk Rumah sakit. Gue nggak enak klo lo yang harus bayar semua ini.”
“Lo ingin sembuh nggak?”
Mendengar perkataan Ael, Nila meneteskan air mata yang saat ini tak seharusnya keluar dari mata sayupnya. Ael mencoba menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada Nila, tapi Nila enggan untuk bercerita. Sehari setelah pingsannya Nila, Ibunda Nila datang dan memeluk Nila yang tiduran lemas di atas kasur Rumah sakit. Setelah itu, Ibunda langsung datang ke ruang dokter menanyakan keadaan putrinya. Tak disengaja Ael melintas di depan ruang Dokter dan pembicaraan diantara Dokter dengan ibunda Nila terdengar oleh Ael, bahwa Nila mengidap kanker otak. Ael sama sekali tidak bisa menggerakan kakinya yang serasa terpaku di tempat itu. Ael merasa sangat bersalah atas kejadian ini.
Ael binggung harus gimana. Sesungguhnya Ael tak ingin melihat temannya menderita seperti itu. Tapi seandainya Ael mendekatkan pada Nila, Ael juga yang akan sakit apabila kehilangan teman yang terbaik. Sedikit demi sedikit, Ael menghindar dari kehidupan Nila. Ael juga disuruh berhenti mendekati Nila lagi oleh Ibunda. Saat itu, Ael juga binggung harus bagaimana. Dengan menghindarnya Ael dari kehidupan Nila, Nila tak ada lagi semangat untuk hidup. Nila selalu berpikir pendek dalam hidupnya. Nila juga mulai menghindar dari teman-temannya karena penyakitnya. Sebaliknya dengan teman-temannya, mereka selalu ingin memberi semangat pada Nila untuk semangat untuk hidup sampai kapanpun. Cowok yang selama ini dia cintai menghilang begitu saja tanpa ada kabar. Nila merasa, Ael meninggalkannya hanya karena penyakitnya. Cowok seperti Ael tidak akan mencintai dirinya yang penyakitan seperti itu, batin Nila dalam hati.
Tahun pun berganti, Nila masih tetap bertahan untuk hidup dan menjadikan hari-hari terakhirnya untuk teman-temannya yang selama ini memberi semangat untuk hidup. Nila masih memikirkan cowok yang bertahun-tahun telah menghilang. Saat Nila di mall, sempat melihat Ael jalan sebelahan dengan seorang cewek yang tak asing dimata Nila, siapa lagi klo bukan sahabatnya sendiri, Ana. Nila terkejut melihat adegan mereka yang mesra dan sangat menyakitkan hatinya. Ana yang dulu selalu mendukungnya untuk mendapatkan Ael, sekarang malah merebut dari tangannya yang tak sekuat dulu. Nila hanya berserah diri mengahadapi hal tersebut. Tapi Nila tetap nggak rela teman sendiri yang merebut gebetannya. Mungkin karena Nila dan Ael ada ikatan batin, mereka bertemu saat masing-masing mau pergi ke kamar kecil.
“Nila? Ini kamu khan?”
“Iya. Ini aku. Kenapa? Kamu terkejut melihat gue masih hidup. Gue tahu kenapa kamu selama ini menghilang dari gue, lo takutkan tertular penyakit gue.” Nila meneteskan air mata.
“Nila, lo kok ngomong seperti itu.” Memeluk Nila dan mencoba mengusap air mata Nila yang membasahai pipi lesungnya.
“Lepaskan aku. Aku ngagk perlu balas kasih lo.”
“Nila, sini ikut aku bentar. Lo pasti liat gue jalan sama Ana, bukan. Gue ama dia nggak ada apa-apa. Kita masih seperti dulu, selalu temenan. Gimana operasinya lancar khan? Kapan lo pulang dari Singapore? Lo udah agak enakan dan nggak seperti dulu lagi khan. Kliatanya lo tamban cantik, Nil. Kok nggak ngomong-ngomong klo udah balik dari sana, tau klo udah balik bakal kesana kita.”
“Apa! Singapore! Gue nggak pernah ke sana, El. Dan gue juga blom operasi seperti yang lo kira. Knapa lo tega meninggalkan gue tinggal dengan Ibunda tiriku yang selalu menyakitiku. Baru-baru ini aku bebas dari Ibunda tiriku karena Papa sudah menceraikan gara-gara ketangkap basah memukulku dan memaksaku untuk bekerja saat aku lelah.”
“Apa! jadi selama ini apa yang Mama kamu bilang itu nggak benar. Nila……..maafkan gue. Ini salah gue. Tak seharusnya gue ninggalin lo gitu aja. Gue hanya berpikir diri gue sendiri. Memang gue bodoh, hanya mementingkan diri sendiri nggak mikirin lo yang sakit di sana. Mama lo bilang klo lo bakal dibawa ke luar negeri untuk operasi dan klo udah kembali akan dihubungi. Dan gue liat, lo nggak nongol-nongol juga. Tapi saat ini gue janji bakal nemenin lo kemana-mana. Dan gue juga bakal nemenin lo selamanya. Tapi kamu juga harus janji bakal bertahan ya. Papa kamu nggak nganjurin kamu buat operasi?”
“Hampir setiap hari, Papa bilang dan minta untuk itu. Gue nggak mau, dan hanya menghabiskan uang aja. Aku nggak ada semangat untuk hidup saat lo menhilang dari peredaran, El. Lo nggak ngerasa apa gue nunggu lo. Ana juga sama, sama sekali nggak ada khabar. Lo khan tau klo Mama tiriku itu jahat dan nggak pernah mau ngalah sama gue, kenapa lo percaya aja sama ucapannya. Sekarang gue, mau lo jujur. Apakah lo sama Ana pacaran. Gue nggak ingin lo bohong sama gue karena lo ingin gue seneng. Klo lo bohong itu tambah bikin sakit hati gue, El. Apa pertanyaanya perlu diulang lagi.”
“Nila, kenapa lo ngomong kaya gitu. Kita sama sekali nggak ada apa-apa. Gue khan udah janji, kita akan menjadi teman seperti dulu kala kita bertiga bareng-bareng. Tapi kecuali lo, gue ingin lo ada dihidupku”
“Cukup. Gue tahu banget klo muka lo boong. Gue selama ini lo tinggal udah sakit, El. Sekarang lo tambah bikin beban hidup gue. Apa blom puas lo melihat hidup gue ini hanya menunggumu? Kenapa harus boong sich, El. Apa susahnya berkata jujur apa adanya. Gue nggak bakal marah kok. Tapi yang lo harus ingat, gue nggak rela Ana jadi cewek lo. Dan gue sangat-sangat kecewa sama kalian berdua.”
“Nila. Memang sebulan terakhir ini kita baru jadian. Awalnya gue diberi tahu oleh Ana klo lo suka sama gue. Gue nggak nyangka klo lo ternyata suka ama gue. Saat itu gue deket banget sama Ana, dan gue juga mulai suka sama dia. Saat gue nyatakan cinta, gue merasa bersalah sangat besar padamu. Saat itu juga, gue merasa ada getaran padamu juga, Nil.” Ael mencoba memeluk Nila erat-arat. Tidak di sangka Ana datang dan melihat Ael memeluk Nila teman lamanya. Ana sedikit kecewa melihat adegan itu, langsung dia lari meningalkan Nila dan Ael.
“Ana!” sahut Nila.
“Mana Ana?” tanya Ael.
“Dia lari ke sana. coba lo kejar mungkin blom jauh. Gue mau lo jelasin semua pada dia. Sekarang lo dihadapkan masalah yang besar. Memilih diantara kita berdua. Gue nunggu di sini, klo lo kembali berarti lo sayang dan cinta sama gue. Tapi, klo lo nggak kembali memang bukan jalan kita untuk bersama. Sana pergi, ajak dia ngomong.”
“Gue janji bakal balik. Lo tunggu gue.” Pesan pelan Ael pada Nila dan mencium kening Nila yang selama ini sepi dari kasih sayang.
Saat ini, Nila berharap sekali ada keajaiban datang dari Tuhan diberikan kesembuhan total pada dirinya. Nila rela berlama-lama hanya menunggu Ael datang. Se-jam lebih, Ael tidak nongol-nongol. Nila sudah mulai kelelahan menunggu Ael. Badannya serasa tak kuasa lagi menahan untuk terus menunggu. Tidak lama kemudian, ternyata Ael kembali dan memeluk erat Nila. Nila bahagia atas kedatangan Ael di sisinya. Ael juga menjelaskan bahwa dia juga udah putus dengan Ana demi mendapatkan cintanya Nila. Tapi Nila semakin bingung karena dihadapkan dengan masalah antara kedua temannya. Nial juga merasa bersalah. Dengan rasa bersalah itu, Nila dan Ael tetap jalan, jadian dan senang-senang. Nila berpikir, ini adalah hari-hari terakhirnya untuk sampai bertahan hidup di sisi Ael. Tiba-tiba Nila meluapkan pertannyaan yang cukup berat untuk Ael jawab.
“Gimana klo gue pergi ninggalin lo selamanya?”
“Nggak akan. Kita khan blom lama bertemu dan pacaran. Tuhan ingin lo berada di sampingku dulu. Aku juga berharap lo sembuh dan bersama gue. Lo kanapa selalu bilang ini hari terakhirmu? Ini bukan hari terakhirmu, Nil. Di mana ada lo, pasti di situ ada gue juga nantinya.”
“Klo gue pergi ninggalin lo, apakah lo mau kembali dengan Ana.”
“Cukup! Saat ini kita jangan ngomongin masalah itu. Saat ini adalah saat yang tepat buat kita saling cerita-ceruta seperti dulu kala kita bersama. Dan jangan lupa, klo lo dulu pernah bilang ke gue klo lo ingin punya anak banyak. Apakah itu nantinya sama gue?” tanya Ael menghibur.
Sebulan tepat mereka jalan, Ael dikejutkan dengan berita kalau Nila masuk Rumah sakit dan dalam keadaan darurat. Ael langsung datang dan menunggu hasil dari Dokter. Ternyata keadaan Nila sudah sangat kritis. Karena Nila selalu memanggil nama Ael, dokter memperbolehkan Ael masuk. Sungguh teman yang sejati, Nila Ingin Ana datang disaat Nila merasa ini hari terakhirnya. Ael sedikit terharu dan tak dapat lagi membendung tangisnya. Ana pun datang karena dihubungi Ael. Nila meminta Ael dan Ana akan bersama kembali jika dia tiada. Dan satu pesan yang Ael dan Ana ternyuh mendengarnya.
“Kalian teman terbaikku. Aku menyesal kalian tidak ada di sampingku saat aku merasakan yang namanya gejolak jiwa dan siksaan. Tapi aku bahagia kalian berdua sudah datang di sini. Gue ingin kalian mengabulkan permintaanku untuk punya anak banyak. Aku ingin sembuh, tapi kenapa jadi………”
Belum selesai bicara, Nila telah pergi meninggalkan Ael dan Ana karena penyakit kanker otak dari kecil yang tak kunjung sembuh. Ana dan Ael akhirnya pacaran lagi dan ingin mengabulkan permintaan teman baiknya untuk punya banyak anak. Lima tahun kemudian Ael dan Ana menikah dan punya anak lima, diantara lima anaknya empat cowok dan satu cewek. Cewek yang satu ini, persis banget Nila. Kehidupan kedua Nila ada pada anak Ana dan Ael.*End**

pengorbanan cinta

Dalam hidupnya dia tidak jauh dari obat-obatan yang terlarang dan tak pantas di gunakan oleh anak seperti dia. Karena orangtua yang sangat mencukupi hidupnya, banyak uang yang diberikan kepadanya tanpa ditanya untuk apa uang itu. Dari situ cerita itu akan aku ceritakan.
Anak yang seharusnya bisa dididik menjadi anak yang baik berubah menjadi nakal, brutal, hanya karena uang yang dapat dia gunakan dengan semena-mena. Anak ini sebenaranya cakep, keturunan bangsawan. Orang tua yang selalu memanjakan dengan uang, membuatnya terjerumus dalam obat. Sekarang dia berhasil menempuh pendidikan yang sangat di curigakan oleh teman teman sekitarnya, karena dia dulunya orang yang malas belajar, kenapa sekarang bisa masuk Universitas yang kualitasnya lumayan bagus. Teman-teman sebayanya mengira kalau dia masuk dengan cara uang.
Hal itu sebenarnya salah, dia bisa dibilang anak yang nakal dan malas belajar waktu SMU, tapi saat menjelang ujian masuk dia berharap bisa masuk dan terus belajar. Dia ingin sekali menunjukan kepada orang di sekitarnya bahwa manusia seperti dia masih bisa bertahan dan pantas untuk menempuh pendidikan. Orangtuanya yang dikabarkan banyak memekan uang perusahaan, mengidap penyakit jantung. Dia semakin kecewa dengan apa yang terjadi padanya sekarang. Obat terlarang sampai sekarang masih menyelimuti tubuhnya. Kamu semua pasti terkejut mendengar berita ini, setelah masuk Universitas ternyata dia juga aktif di dalam kampus maupun di luar kampus. Banyak organisasi yang ditekuninya, sehingga banyak teman yang dia peroleh. Dari cerita itu, dia mendapatkan sebuah pekerjaan yang sangat mengasyikan dan sangat membantu dia dalam berorganisasi lebih baik lagi.
Perkumpulan Event Organizer banyak ia tekuni, dari situ banyak masalah, materi yang harus dipelajari dan diselesaikan dengan bersama-sama. Awalnya dia kaget menerima hal yang baru dihadapi tapi kelama-lamaan dia semakin terbiasa. Setiap malam minggu selalu ada acara yang dikoordinir dengan teman-temannya. Anehnya, dia tidak menjerumuskan teman-temanya untuk sama-sama menggunakan obat terlarang itu. Setiap dia merasakan hal aneh dia langsung minta ijin kepada teman-temannya untuk pergi ke kamar kecil.
Di kampus yang selama ini banyak mahasiswa yang apatis, dia berusaha mengumpulkan mahasiswa seperti itu dimana dia akan membuat mereka ada kerjaan dikampus. Mahasiswa yang kuliah, kantin, dan kost hanya membuat mereka akan mati informasi, dari situ anak yang sering dipanggil Wima ini berusaha untuk meniadakan yang namanya mahasiswa apatis. Nama panjang yang sulit dihapalkan ini membuat dia minder. Bayangkan saja nama, Wimaka setya adhila putra hardjayakusuma yang didaftar nama kampus hanya ditulis Wimaka setya A P H. Wima ini juga seorang pelopor demo kampus. Saking aktifnya mahasiswa ini selalu mendapat masalah dari pihak rektor kampus. Tapi karena kegigihanya yang selalu membuat teman-teman yang lain jadi semangat ini dikagumi banyak cewek.
Olah raga basket adalah salah satu permainan yang digemari, yang akhirnya dia bergabung dengan tim basked kampus. Kampus yang ditempati Wima untuk kuliah saat ini adalah kampus dua, sedangkan kampus satu yang lebih besar adalah tempat Wima lebih suka bermain basket disana karena banyaknya fasilitas dan kegiatan yang dikerjakan.
Banyak mahasiswa yang terpana dengan sifatnya, tapi gaya yang cuek membuat mahasiswa cewek penasaran. Mahasiswa komunikasi, memang pantas dengan apa yang dia lakukan sekarang. Banyak sekali hal yang dapat kita pelajari dari Wima, mahasiswa yang super aktif dalam kampus.
Sekarang, yang jadi bahan pembicaran oleh teman-temanya adalah kapan yang namanya Wima ini akan menggandeng seorang cewek yang yang selama ini tak ada satupun yang berada disisinya. Hari ini adalah hari dimana Wima dan teman-temannya akan mengadakan suatu acara di suatu kampus lain. Dia sangat berharap sekali acara ini akan lancar dan berhasil, agar nantinya dia bisa dipercaya oleh pihak yang bersangkutan lainnya. Ternyata acara itu berjalan lancar, dengan kegigihan yang selama ini dia punya membuat teman-teman yang ada di sekitar merasa salut dengan kerjanya.
Wima kemarin baru mendapat masalah yang paling berat dari kampus karena dia jarang masuk kuliah. Hal ini akan berakibat fatal seandainya dia memaksakan untuk putus kuliah ditengah jalan. Baginya kost-kostan tidak ada gunanya, dia pulang ke kost hanya untuk ganti pakaian dan mandi, setelah itu langsung pergi lagi.
Wajah Wima menarik perhatian seorang cewek yang saat itu lagi mengikuti acara kampus lain yang kebetulan Wima menjadi koordinator EO tersebut. Wima anak yang terlalu cuek terbiasa dengan hal seperti itu, wanita ada dalam benaknya, tapi dia paling malas kalau ada cewek yang suka mencari perhatian dan selalu ingin mengambil hatinya hanya karena uang.
Banyak teman yang menyarankan Wima untuk mencari pasangan biar tidak bosan menyendiri. Ternyata sebelum masalah yang dia hadapi selesai, dia mengalami cidera kaki saat latihan basket. Anehnya, saat dia terjatuh dari ring dimana dia habis melempar bola kedalam ranjang, ada cewek yang tiba-tiba datang dan menanyakan keadaanya. Saat itu semua orang yang disekitarnya terkejut dan sekilas tidak percaya. Cewek yang dimaksud adalah idola kampus. Wima, anak yang terkenal dengan cueknya itu langsung menolak obat yang diberikan oleh cewek itu. Sebaliknya teman–teman yang ada di sampingnya membodohkan sikap Wima yang menolak. Wima tidak suka cewek yang seperti itu, makanya dia menolak obat yang di berikan padanya. Tiba-tiba badan Wima mulai kambuh dan merasa aneh dan keringat dingin keluar dari tubuhnya, dia langsung lari ke kamar mandi dengan kaki terpincang-pincang. Disana dia melakukan aktifitas seperti biasa, obat yang baru didapatnya tadi malam langsung di masukkan kedalam tubuhnya sekilas badannya serasa nyaman dan ringan. Kembali ke lapangan dengan wajah yang agak kusam menjadi sorotan teman-teman dan cewek itu.
***
Keadaan yang semakin rumit ini ternyata membawa orang tua Wima sadar kalau dia sangat membutuhkannya. Ayah yang selama ini dia banggakan meninggalkannya selamanya, akibat penyakit jantung yang diderita. Sedangkan Bunda yang selama ini hanya memikirkan bisnisnya yang saat ini sedang merebak dipasaran luar negeri membuat lupa kepada Wima. Bunda berpikir ini semua hanya untuk Wima dan kakak-kakaknya. Wima yang sekarang hidup sebagai laki satu-satunya di keluarganya menjadi lebih berat bebannya.
***
Kakak pertama yang sukses menjadi seorang Dokter menjadi inspirasi dalam hidupnya kalau dia tak akan jadi seperti kakaknya yang setiap hari kerjaannya rumah sakit saja, dia ingin lain dari kakaknya yang pertama.
Kakak kedua yang selama ini dia banggakan ternyata sebaliknya, kakak kedua yang selama ini dekat dengan Wima ini berharap sekali menjadi seorang pengacara yang bisa membantu masalah keluarga dalam kabar-kabar yang negatif, tapi kakaknya gagal dan akhirnya meneruskan usaha Ayah mereka dalam jalan satu-satunya untuk menunjukan kepada orang lain bahwa masalah yang disebarkan tentang KKN itu tidak benar.
Kakak perempuan terakhir masih kuliah S2 disalah satu perguruan tinggi di luar negeri, dengan mengambil jurusan hukum.
Wima sendiri belum jelas akan jadi apa nantinya anak ini. Dengan semangat juang yang tingginya tidak bisa melihatkan apa misi anak ini.
Berharap sekali Wima ini untuk mendapatkan yang terbaik untuknya. Tapi dimata orang-orang yang ada disampingnya, Wima sudah cukup baik, mereka belum tahu apa yang terjadi sebenarnya terhadap anak ini. Sesakali Wima melampiaskan untuk pergi ke salah satu sudut kota Yogyakarta, di situ terdapat café yang cukup terkenal. Hingga dini hari Wima duduk bersama teman-temanya, tapi dia tidak semenarik teman-temannya yang lain untuk bermain perempuan. Wima ternyata masih polos, tidak mengerti dengan yang namanya cinta.
Kembali ke masa lalu tentang hidup Wima di salah satu sudut kota Jakarta tempat asalnya.
Wima di masa sekolahnya cowok yang banyak pengemar cewek. Dari situ Wima memanfaatkan kedekatannya dengan seorang cewek yang ternyata anak salah satu pemilik yayasan sekolah tersebut. Wima terpukul dengan kejadian yang menimpanya, dia dituduh telah menghamili wanita itu yang benar-benar belum disentuhnya sama sekali. Cewek yang dimanfaatkan Wima ini ternyata benar-benar hamil yang saat itu masih status pacaran dengannya. Cewek itu tidak tau siapa Wima sebenarnya, sampai akhirnya Wima memutuskan untuk tes DNA. Wima adalah putra seorang pemilik perusahaan terbesar di Jakarta. Hanya saja teman-temannya tidak tahu hal tersebut.
Cewek itu ternyata hanya menjebak Wima untuk mengakui kehamilannya. Cewek itu serasa tidak bisa berkutik atas tindakan dan keputusan yang diambil secara cepat, karena tidak mungkin sekali Wima memutuskan untuk test DNA yang lumayan besar biayanya. Pertanyaan yang belum terjawab saat ini adalah apakah anak yang dikandung cewek itu adalah anak Wima. Kabar yang diterima teman sekelas Wima adalah cewek itu ingin merendahkan Wima yang saat itu menjabat sebagai ketua osis dan sama sekali tidak memandang dia sebagai anak pemilik yayasan sekolah tersebut.
Sebaliknya dengan Wima, mengambil kesempatan untuk memanfaatkan dia karena dia perempuan yang nggak bener, sok penguasa di sekolah. Sekarang cewek itu mendapat malunya karena hasil tes yang didapat beda dengan gen Wima. Dari situ Wima lebih berpikir panjang untuk tidak seenaknya dengan perempuan. Karena masalah itu Ayahnya langsung mengidap penyakit jantung, dan membuat malu keluarga. Awalnya Wima ingin sekali meneruskan bisnis Ayahnya, tapi karena aib yang sudah diperbuat dia malu untuk itu semua. Pikirannya semakin kalut dengan cobaan yang banyak sekali menimbulkan masalah, sampai akhirnya dia lari dari kenyataan dengan mulai memekai obat-obat terlarang. Dari hari itu hidup Wima berubah drastis tidak seperti dulu lagi. Sampai akhirnya obat terlarang itu dibawa sampai dia menjadi seorang mahasiswa.
***
Hari ini adalah hari dimana Wima mulai kuliah lagi setelah lamanya dia putus kuliah hanya gara-gara kesibukan di luar kuliah. Gaya berpakain yang beda membuat dia lebih PD. Tapi dia cuek dengan apa yang dilakukan sekarang. Gaya casual yang bikin mata para cewek yang ada di kampus melirik ke Wima, seakan tak percaya dengan perubahan itu. Wima yang tadinya cuek dengan gaya celana balel sobek-sobek dan jaket yang tidak pernah absen dari tubuhnya. Sekarang lebih bermodal, jelana jeans gombrong yang melekat di kakinya dan kaos oblong tampak gaya distro melekat di tubuhnya. Topi yang melindungi aktifitasnya dari sinar matahari terus melekat di kepalanya. Tas buntut yang nggak layak pakai sudah dibuangnya, sekarang ransel yang bermerek menempel di punggungnya. Tidak lagi motor cowok yang membisingkan kampus yang selalu menggangu aktifitas kuliah. Dengan Mobil hadiah dari kakaknya menjadi tunggangan saat ini. Begitu banyak cewek yang semakin tergila-gila padanya.
Wima beda dari yang dulu deh pokoknya! Rambut yang biasa gimbal sekarang dipotong macho banget deh. Ada satu cewek dari kampus lain yang menarik perhatian Wima, jarang-jarang lho dia naksir cewek. Dari pendekatan yang lumayan panjang, akhirnya Wima mendapatkan cintanya. Cewek lugu, cantik, tak kalah dengan Wima cewek ini berprofesi sebagai penyiar radio swasta Yogyakarta. Wima suka sekali tipe cewek yang nggak malas-malasan, mau kerja keras.
Wima yang selalu menjemput cewek itu setiap hari habis siaran terlihat romantis sekali. Banyak teman pacar Wima menilai kalau Wima serba lebih. Dibalik semua itu tidak menyangka kalau Wima adalah seorang pecandu. Pacar yang selama ini berhubungan dengannya belum tahu kalau dia seorang pecandu. Tapi karena perhatian yang selalu ia dapatkan dari ceweknya ia ingin berusaha melepaskan barang haram itu dari hidupnya. Tak disangka ternyata cewek yang selalu dipanggil Wima dengan sapaan sayang yang tak lain adalah namanya, telah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada pacarnya masalah barang haram tersebut.
Sayang hanya menunggu kejujuran dari Wima mengenai masalah tersebut. Sayang selalu memancing Wima untuk jujur dalam masalah itu. Hari demi hari mereka lalui dengan gaya pacaran yang membuat syirik semua penghuni kampus dimana Wima kuliah. Wima yang biasaanya selalu ada di kampus, sekarang jarang sekali terlihat. Ini hanya semata-mata karena Sayang kekasihnya yang selalu berharap diwaktu senggang untuk berada di sampingnya. Seorang penyiar banyak sekali fansnya, dari situ Wima mulai termakan omongan orang-orang di sekitarnya kalau Sayang bias-bisa pindah kelain hati. Tapi dengan kelincahanya Wima berusaha mengenal siapa saja Orang-orang yang dekat dengan Sayang. Keberuntungan memeng berada di tangan Wima, dia ditawari untuk DJ ( Disc Jockie ). Baginya tawaran itu sangat menguntungkan untuk menjadi orang yang lebih professional. Ternyata Sayang setuju dengan apa yang diinginkan Wima. Wima harus mendapat ijin dari kakaknya yang selama ini membantu dalam masalah materi. Kakak yang selama ini mengerti mau Wima, menyetujui apa yang diambil secara tiba-tiba.
Wima yang sekarang terkenal dengan sebutan DJ Wim, membuat bangga orang-orang terdekatnya. Saat ini Wima masih menolak untuk masuk ke club to club. Sekarang tempat mereka berkerja sama, tapi mereka selalu berprinsip profesional dalam masalah pekerjaan dan masalah pribadi.
“98.5 Prambors rasi sonia. Hallooo kaula muda yang lagi pada nongkrong, pha khabarnya? Ok, Kali ini, Sayang bakal temenin kamu sampai jam 9 malam nanti, tentunya tetep diajang musik Of the wig. Nah beda seperti hari biasanya, soalnya kenapa? Kali ini Sayang ditemeni super DJ prambors terbaru, siapa lagi kalau bukan DJ Wim. Dan nggak kalah pentingnya kaula muda bakal banyak informasi dari blantika music Indonesia buat kamu simak diajang kita kali ini makanya tetep bareng Sayang dan DJ Wim. And sekarang kita simak gita yang satu ini datangnya dari blantika music Indonesia juga, ada band dengan manusia bodoh”.
Seperti itu keseharian Sayang, acara tersebut hasil kerjaan tim kreatif radio untuk menguji mereka dalam masalah keseriusan pekerjaan dengan tidak membawa masalah pribadi. Selama sebulan, mereka lancar-lancar aja dan mendapatkan respon yang sangat bagus dari pihak radio. Hari setelah mereka kelelahan dalam bekerja, mereka melewatkan malam dengan makan disalah satu café. Di situ Sayang berusaha mengambil kesempatan untuk bertanya tentang masa lalu Wima yang katanya sedikit kelam. Dengan berat hati Wima sedikit menjelaskan kepada Sayang klo dia sebenarnya masih terpengaruh obat terlarang yang selama bertahun-tahun digunakan.
Sayang berusaha menasehati Wima untuk berhenti menggunakan obat itu, karena barang haram itu akan merusak masa depannya. Saking sayangnya terhadap sang kekasih Wima, Sayang berusaha mengajak ke salah satu Dokter dimana dulu juga pernah menangani masalah temannya. Wima dengan senang hati menerima ajakan pacarnya untuk berobat. Sungguh senangnya seandainya ada orang yang perhatian terhadap kita, seperti yang dilakukan Sayang kepada Wima.
Secara bertahap Wima mencoba untuk berhenti mengkonsumsi barang haram itu, tapi rasa kesakitan selama dia tidak mengkonsumsi obat itu membuat Sayang merasa kuatir. Hari ini adalah hari Wima menerima jabatan baru sebagai DJ tetap dan bakal memandu salah satu acara di radio Prambors. Begitulah hal yang diharapkan keluarga Wima, agar dia mendapatkan pekerjaan yang tetap dan bisa belajar bertanggung jawab. Sayang selalu berusah mendukung Wima dalam masalah yang dihadapinya. Cewek cantik kelahiran Yogyakarta ini berhasil mendapatkan hati seorang cowok, yang selama ini menjadi inceran cewek-cewek. Bukannya Sayang merasa sombong karena mendapatkan hati seorang cowok yang selama ini terkenal dengan hati yang beku masalah cewek.
Keindahan suatu cinta tak akan bisa selamanya bertahan karena banyaknya masalah dan cobaan yang datang menguji cinta Wima dan Sayang. Seorang cewek yang pernah menjalin cinta dengan Wima ternyata masih mengganggu hubungan mereka yang selama ini baik-baik saja. Datang ke kantor dengan mengaku-ngaku menjadi mantan pacar Wima yang ditinggalkan dengan keadaan hamil. Masalah ini membuat kacau keadaan kantor, Wima yang saat itu tidak ada di kantor menambah binggung keadaan. Sayang yang saat itu masih mengisi acara di call box bingung melihat keadaan di luar terlihat ramai beda dari sebelumnya. Program director yang berusaha berkomunikasai dengan Sayang supaya dia keluar sebentar dan memutar lagu durasi panjang.
Sayang yang terkejut mendengar masalah itu, langsung mengambil handphone dan menghubungi Wima yang saat itu masih ada kerjaan disalah satu event organizer. Langkah yang diambil dengan cepat oleh Wima terasa terburu-buru, karena Sayang mengabarkan ada masalah penting di studio yang harus di selesaikan. Sesampai di sana Wima terkejut karena cewek yang pernah memfitnahnya datang lagi menemui dan berusaha menghancurkan hidupnya.
“Hai Wima, pha khabarnya? Ternyata lo, gue temuin di Yogya. Selama ini gue berusaha nyari lo kemana-mana ternyata lo ngumpet di sini ya? Gimana, udah merasa bebas? nggak khan? Ooo….iya, Denger- denger bokap and nyokap lo bangkrut, terang aja lo sekarang kayak gini! Gue nggak macam-macam kok cuma mau kasih kabar aja ama lo, klo lo masih utang ama gue, ngerti! Gimana lo masih makai?” Dengan gaya juteknya berusaha menjatuhkan Wima.
“Puas! Denger ya gue nggak ada hubungan ama lo dan dengan jelas-jelas lo njebak gue waktu itu,” terang Wima jelas.
“Kenapa lo yang sewot, khan seharusnya gue, karena gue merasa dirugikan ama lo, sekarang kita cari makan yuk.” Gaya manjanya membuat Sayang tambah panas.
“Ini semua nggak bener, ini hanya salah paham antara gue ama lo waktu kemarin dan sekarang apa mau lo dan gue nggk mau tahu. Sekarang gue udah punya cewek. Itu cewek gue. Dan gue nggak mau gue dipecat gara-gara lo yang nggak jelas ngomong apa dan maksudnya apa. Maaf Say, minta waktunya untuk ngejelasin masalah ini.”
“Terserah! masalah ini gue nggak mau ikut campur, pokoknya gue pengen masalah ini clear secepatnya karena bakal mempengaruhi kinerja lo di sini,” Sahut Sayang dengan pelan dan berusaha mengerti posisi Wima.
“Say. Lo mau kemana? Gue blom selesai jelasin masalah ini ke lo.”
“Lo, apa-apaan sich, Wim. Gue kesini khan pengen liat lo nggak mau lo dekat-dekat lagi ama cewek itu. Aku tahu lo disini dari teman-teman lo. Katanya juga kamu sekarang udah jadi anak yang terkenal, dan nggak kaya dulu lagi. Tapi klo kamu masih makai anak-anak tahu. Cari makan yuk, gue lapar nich.”
“Sekarang gue mau lo pergi dari hadapan gue dan nggak usah nampak-nampak lagi.”
“Nggak! Gue mau lo antar gue cari makan dan abis itu lo harus anterin gue jalan-jalan pakai mobil baru lo yang ada di sana itu, keliling jogya yang indah ini.”
Dengan tegas Wima berusaha menyelesaikan masalah ini dengan cepat, tapi karena cewek yang biasa di panggil Ika ini berusaha memperpanjang masalah. Ika ingin Wima menikahinya, karena Ika merasa bukti yang ada pada Wima tentang test DNA tidak akan ada lagi. Selain itu Ika merasa dengan keadaan keluarga yang bangkrut membuat Wima berpasrah diri untuk menikahinya. Sebaliknya, tidak seperti yang diharapkan oleh Ika, Wima melaporkan dalam bentuk penipuan di polisi terdekat dengan menyerahkan bukti test DNA yang ternyata masih disimpan oleh Wima.
Hari itu juga masalah selesai, Wima akhirnya bernafas lega. Tapi masalahnya sekarang dengan PD radio. Masalah dengan Sayang, Wima tidak begitu kuatir karena sudah tau sebelumnya dan sudah pernah cerita tentang masalah ini.
“Sudah selesai masalahnya, Wim?” Tanya singkat PD.
“Biasa Boss cewek, nyari perhatian dari orang cakep,” Jawab Wima dengan gaya bercanda.
“Iya ya orang cakep tu lebih banyak masalah dari pada orang jelek kaya gue ini,” mengarahkan telunjuk ke mukanya.
“Apa mau dicariin, Bos. Yang maunya gimana? Cantik, pinter, hobynya sama pasti itu harus masuk dalam criteria Bos dong.”
“Lo, ada-ada aja, Wim. Sekarang zamannya udah modern, mana ada cewek yang mau ama cowok kaya gue yang udah setengah tiang ini.”
“Bos, sekarang zaman juga udah nyantai. Bukan hanya orang kaya bos saja yang berpikir gitu, tapi aku juga dulu kaya gitu. Dan sekarang tanpa usaha memang nggak ada hasilnya.”
“Udah jangan banyak ngomong, kamu sekarang bantu Lili siapin acara buat ntar.”
“Thanks ya, bos.”
“Udah, nggak usah dipikir aku percaya kok! Klo kamu nggak nglakuin hal itu.”
“Makasih ya dah ngerti aku selama ini aku nggak akan lupain. Dan kamu yang paling terbaik yang aku miliki selama ini. Semoga kamu bisa ngerti aku sampai aku tua nanti dan selamanya klo bisa.”
***
Malam ini Wima dan Sayang balik dari tempat siaran bersama-sama. Mampir ke tempat makan biasa yang mereka lakukan selesai kerja panjang dan melewati masalah yang lumayan mengejutkan. Wima sedikit berbasa-basi untuk minta ijin ke kamar kecil, karena dia sudah menahan kesakitan karena kecanduan obat terlarang itu lagi.
“Wim, kamu knapa sih? Pasti kambuh lagi? Kamu harus bisa menahan itu. Kamu nggak boleh seperti itu terus. Aku ngerti dan paham sekarang kamu nahan sakit tapi klo kamu coba pasti kamu akan bisa.”
“Nggak, kamu nggak ngerti masalah ini. Aku sekarang udah setengah mati. minggir, kamu.”
“Kok, kamu kasar banget sich ama aku? Ok, sekarang maunya kamu gitu. Kamu sendiri sadar nggak, apa yang kamu ucapkan siang tadi ama aku, klo kamu akan selalu bersamaku dan mencoba untuk berhenti dari barang haram itu.”
Di depan orang banyak, Sayang berteriak. Tapi teriakannya tidak di hiraukan oleh Wima, langkah menuju kamar kecil dengan cepat yang dilakukan oleh Wima. Sayang marah dengan apa yang dilakukan Wima saat itu. Sayang langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari tempat makan yang awalnya sangat romantis menjadi kekacauan. Sayang berjalan sepanjang jalan tapi tak ada satupun taksi yang lewat untuk mengantar pulang kembali ke kos-kosan. Wima sedikit kecewa dengan sikap Sayang yang pergi begitu saja meninggalkan dari tempat mereka makan. Wima langsung mengambil mobilnys dan langsung pergi mencoba mencari Sayang. Di depan mata akhirnya Wima melihat Sayang ada di depannya, tapi Sayang begitu cuek menanggapi Wima.
“Say, kok marah sich! Khan kita besok siaran bareng nggak enak khan klo marahan. Aku maaf deh masalah tadi. Lagi emosi nich. Aku akan berusaha untuk melupakan semua itu. Yuk, aku antar pulang ntar kemalaman lho sampai kos.”
“Aku dah berusaha ngerti kamu, tapi klo kamu emosi aku juga yang susah gimana caranya mahami masalah kamu. Sekarang apa juga gunanya klo kamu bersama aku cuma mau nyusahin aku terus, bukannya nyenengin atau apa?”
“Aku ingin masuk panti rehabilitas. Besok antar aku ya, Say! Tapi kamu harus janji setiap hari harus tengok aku. Sebelumnya aku ingin pamitan dengan kakakku dan orangtuaku.”
“OK…………..aku suka gaya kamu. Begini baru pacar yang mau nurut sama pacar. Aku janji ntar aku datang setiap hari. Tapi kamu juga janji klo kamu akan sembuh dan berusaha ingin sembuh,” Sambil mencium pipi Wima.
***
Wima mencoba ngecek Email yang masuk dalam inboxnya, ternyata email dari kakaknya yang selama seminggu dikirimnya belum sempat ia bacanya. Tertulis jelas bahwa berita yang dikabarkan ada yang menggembirakan dan ada yang menyedihkan.
13 mei 2005
Dear Wima adikku.
Wima ini kakak.. Gimana kabar kamu sekarang di jogja apa baik baik saja. Maafkan kakak, mama, papa dan keluarga. Tidak bermaksud seperti ini. Sekarang mama di rawat di rumah sakit, dia ingin kamu pulang ke Jakarta. Kita akan berangkat bersama-sama dari Jakarta dan menjenguk Mama ke Singapura. Wima, kenapa HP kamu juga tidak aktif kakak bingung menghubungi kamu! Cara apapun sedah kakak lakukan. Bang Mardi supir kak Wina sudah mecoba mencari ke Jogjakarta dengan alamat yang kamu kasih ke kakak dulu, tapi kamu sudah pergi dari situ. Apa yang kamu mau sekarang? Cepat balas Email ini atau hubungi kami yang ada di Jakarta. Jangan seperti anak kecil atau anak yang tidak punya keluarga.

Beberapa inbox di coba dibukanya. Sekarang membuat laki-laki dewasa dan pintar ini menangis.
18 mei 2005,
Dear Wima sayangku,
Ini mama, apakah kau lupa dengan mama sayang sampai-sampai kau tidak membalas Email dari kakakmu. Mama senang kamu sekarang lebih dewasa, maafkan mama jika selama ini hanya mengurus diri mama. Sekarang mama ada di rumah sakit. Dan mama sangat kecewa kamu tak ikut datang dengan ke tiga kakakmu yang cantik-cantik ini, padahal mama sangat merindukan anak mama yang ganteng sekali. Pasti tebakan mama kali ini benar klo kamu sekarang sudah punya cewek dan harus di kenalkan dengan mama dan kakak ya? Mama akan selalu bahagia pokoknya. Wima, ingat pesan papa ya! Kamu adalah anak laki-laki satu-satunya yang berada dalam keluarga ini. Kamu harus menjadi terbaik dan menjadi tolak punggung keluarga nantinya. Mama tidak tahu harus ngomong apa lagi pada kamu. Mama tunggu kamu sayang.

***
Wima bingung dengan keputusan yang akan diambilnya. Langsung beranjak dari depan komputernya dengan sedikit mengusap air matanya. Wima mencoba menghubungi orang rumah tidak ada satupun orang yang mengangkatnya. Perasaan Wima semakin bingung malam itu. Jam yang menunjukan jam 23.00 kos-kosan juga lumayan sepi. Akhirnya dia pergi mencari jadwal tiket pesawat terbang untuk terbang malam ini juga. Tidak ada barang yang di bawa satupun, kecuali baju yang di kenakanya dan HP.
Pesawat yang akan terbang ke Jakarta pesawat terakhir malam itu. Malam itu Wima tidak sempat menghubungi Sayang untuk pamitan, langsung pergi dengan tergesa-gesa. Sebelum naik pesawat, Wima sempat bertemu dengan teman kuliahnya yang bersamaan mengantar di bandara udara Jogjakarta.
“Mau kemana, Wim?”
“Mau pulang ke Jakarta. Kamu sendiri mau kemana?”
“Aku ngantar saudara, oo kamu anak Jakarta! Tapi kok malam perginya. Wim, ada tawaran menarik nich jadi DJ di kampus, acaranya anak-anak tambang. Mau nggak? Dari kemarin anak-anak nyari kamu tapi nggak nongol-nongol di cariin. Nich nomer HP ku, ntar klo bisa dan nggaknya hubungi aku aja.”
“Aku sich Ok-ok aja. Tapi acaranya kapan? Klo dalam dekat-dekat ini nggak bisa aku ada full time di radio.”
“Masih minggu depan kok. Usahain bisa ya! Khan teman sendiri biasanya dapat diskon.”
PERHATIAN…………..PERHATIAN! KEPADA PARA PENUMPANG PESAWAT TERBANG GARUDA MENUJU JAKARTA DI HARAPKAN SEGERA BERSIAP-SIAP KARENA PESAWAT AKAN SEGERA BERANGKAT.
***
“Haloo, mbak ini Wima. Kakak udah balik dari jenguk mama blon.”
“Ini siapa ya? Kakak yang mana?”
“Mbak pembantu baru ya disitu? Aku Wima.”
“O……. mas Wima. Maaf ya, mas, saya nggak tau klo ini mas Wima yang telpon. Lagian udah lama nggak pulang dan saya disini juga pembantu baru nggak tau klo mas Wima. Kok nggak pulang-pulang.”
“Nyonya blom pulang, Mas. Kakak mas Wima juga blom pulang. Emang sekarang ada dimana? Klo udah nyampai Jakarta bilang ya, mas. Biar dijemput sopir.”
“Nggak usah. Aku sudah nyampai depan rumah kok.”
Selang berapa menit bel rumah bunyi. Wima langsung mencium lantai rumahnya, dan minta segelas air dari pembantu barunya yang sedikit aneh melihat Wima yang tampan sekali. Wima anaknya emang cuek abis. Pembantunya, sampai Wima masuk kamar masih aja diliatin.
“Kenapa, Bi?”
“Nggak ada apa-apa kok. Cuma aneh aja ternyata nyonya masih punya anak cowok yang ganteng banget.”
“Bibi ada-ada aja. O iya Bi, kira-kira mereka bakal balik kapan? Ada nomernya kakak yang bisa dihubungi nggak?”
“Aduh, maaf mas. Bibi nggak dikasih tau.”
Wima nggak tau kenapa langsung binggung dan takut ada apa-apa sama mamanya. Wima yang sedikit setengah tiang langsung beraksi dengan obat haramnya. Malam itu Wima berpikir panjang dikamar yang tidak pernah berubah bentuknya dari Wima SMU. Wima sadar, dengan obat itu badanya akan sedikit rusak dan akan mengganggu hidupnya selamanya.
Ada angin apa, Wima pagi-pagi langsung pergi ke panti rehabilitasi buat berobat. Kira-kira sebulan lebih, Wima akan tidur di tempat yang sangat menakutkan itu. Banyak sekali anak-anak yang gila obat sampai mau bunuh diri karena nggak tahan. Wima juga begitu, sampai parahnya Wima ingin sekali kabur dari tempat itu. Tapi dengan usahanya yang keras karena dia ingin sembuh, Wima tetap berusaha.
Selama dia di panti rehabilitasi kakaknya sering sekali mengunjungi Wima. Kabar bahagia tentang mamanya juga membuat Wima lebih semangat lagi untuk sembuh. Hampir sebulan, Wima ada di panti itu. Dukungan yang tidak bisa dilupakan adalah dari Sayang, kekasihnya yang ia tinggal di Yogya kota gudeg. Sayang selalu mendukung wima sampai wima sembuh. Usaha apa aja akan dilakukan Sayang demi cintanya kepada Wima.
***
“Wima, gimana rasanya klo udah sembuh? Enak khan?” Tanya kakaknya.
“Ngledek nich critanya!”
“Mama pasti seneng klo kamu nurut kaya gini dari dulu.”
“Kak, Wima harus balik ke Jogya nich. Masih banyak yang harus Wima kerjakan disana.”
“Nggak bisa, kamu harus sembuh total dulu baru balik kesana lagi. Nggak ada kata maaf lagi klo lo mau balik kesana sekarang. NGERTI.”
Wima harus nyuri kesempatan untuk balik ke Yogya, nggak tau kenapa pikiran Wima saat itu hanya Sayang dan Sayang. Ibundanya saja hanya ditemani sebentar saja demi mencuri waktu untuk balik ke Yogya. Dengan baju seadanya dan mobil pinjaman dari kakaknya langsung tancap gas pergi ke Yogya malam itu juga.
Sudah setengah perjalanan Wima memutuskan untuk berhenti makan di salah satu lesehan pinggir jalan. Mengisi perutnya yang sudah mulai keroncongan. Pilihanya tak lain dari Ayam bakar dan segelas jus lemon. Mulai memasuki perbatasan Yogya, mata Wima tidak bisa menghindar dari rasa ingin tidur. Wima mengemudi ke arah tempat kerja dimana waktu itu Sayang lagi siaran. Jarak yang cukup dekat dari tempat kerja, Wima mencoba memasukan mobil kearah parkiran. Tapi, nggak tau dari mana ada truk yang nyerobot dari arah depan dan menabrak mobil Wima samapi terpental sekitar 20 meter.
Suara itu terdengar sampai ke callbox dimana Sayang lagi siaran. Semua orang berlari ketempat kejadian. Orang kantor tak ada satupun yang tahu klo yang kecelakaan adalah Wima. Mereka baru sadar setelah mendengar kabar dari saksi mata, bahwa mobil yang terpental itu akan masuk area parkir kantor.
Untuk mencari informasi lebih lanjut, salah satu crew radio melihat kondisi kecelakaan dan mencari informasi tentang korban. Laporan dari polisi bahwa nama korban adalah Wima kerja sebagai DJ membuat pingsan crew tersebut. Berita ini langsung dikabarkan ke Sayang dan Bos Wima. Mereka langsung pergi ke rumah sakit dimana Wima di larikan.
Sampai disana, mereka dikujutkan dengar berita yang sangat tidak mungkin terjadi. Wima menghela nafas terakhir saat perjalanan menuju rumah sakit.
“Wimaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.”
“Udah, Yang. Ini kuasa Tuhan. Doakan saja semoga Wima diterima disisi Allah.”
“Nggak……, dia blom ngomong ke gue klo dia udah sembuh total.”
Keluarga Wima, menangis mendengar berita tersebut. Apalagi Sayang, pacar yang selama ini mendukung untuk bertahan hidup menahan obat-obatan terlarang tersebut. Sayang berjanji selama setahun dia mencoba menenangkan dirinya untuk Wima.
Setahun usai, ternyata Sayang mendapatkan cowok yang tak kalah mirip dengan Wima. Bukan hanya wajah, tapi profesi yang digelutinya pun sama sebagai DJ. Sering teman-teman Sayang mengira klo dia Wima.
“Cieeeee, Sayang. Dapat gandengan baru nich ye!” * THE END*

Hidupku tidak akan lama

Hai, namaku Recta, biasa dipanggil Tak. Hidupku tidak akan bertahan lama, semakin hari tubuhku semakin kurus. Entahlah apa penyakit yang ada pada tubuhku ini. Memberanikan diri untuk datang ke Dokterpun aku tak berani. Mungkin ini cobaan dimana aku harus segera tobat. Ketakutanku semakin dalam, setelah mengetahui bahwa aku bisa kapanpun mengidap penyakit diabetes karena Ayahku adalah salah satu diantara sejuta orang Indonesia yang menderita penyakit diabetes. Kebanyakan orang bilang penyakit itu bisa menurun secara silang kepada anak perempuanya. Ku ingin kau juga merasakan bagaimana susahnya aku untuk membahagiakan diriku sendiri.
Pagi-pagi buta HP ku berdering……Tlit….tlit…..tlit…..
“ComLeQum, apa Nyah…?” Jawabku lirih dari balik selimut.
“Lu, udah Shubuhan? Bangun Gih! Hari ini gak ada jadwal siaran, Tak?” tanya koming dari seberang.
Koming adalah sahabatku, cewek asal Bali yang selama empat tahun di Jogja ini sudah seperti kakakku sendiri. Sikapnya yang ngemong, bikin aku selalu manja sama dia.
“Enggak ada siaran hari ini, aku pengen tidur mpe puas dulu, cuapek buanged dah Ming. Belum ngapa-ngapain, masih ngantuk! Emang ini jam berapa?”
“Lu lita aja ndiri tuch jam weker, udah jam 7 tau! gimana sudah siap buat aku anter ke Dokter?”
“BELOM……………….” Teriakku dan langsung ku tutup telpnya.
“Sial, ditutup lagi telpon gue. Dasar!” gerutu Koming dari seberang.

Hiks…..hiks……hiks…..
Bantal dikamar sudah terbiasa menahan derasnya air mata setiap ku mengingat hari-hariku tak panjang lagi. Meskipun itu hanya rasa ketakutanku belaka, karena hingga saat ini, aku belum tahu apakah badanku yang semakin kurus drastis ini karena penyakit diabetes keturunan dari Ayahku yang menggrogotiku.
Tlit……tilt………….tlit………….
“Iya, Honey.”
“Udah bangun, Sayang? Kangen pengen balik Ke Jogja. Jangan lupa maem yak!”
“Tumben jam segini udah bangun, nggak kaya biasanya. Pasti habis nonton bola belum tidur khan? Uh…kebiasaan dah, nggak bagus tau, kaya gitu terus tidurnya.”
“Iya, Sayang. Habis ini tidur kok. udah ngantuk buanget. Makanya Honey telp Ayang dulu. Ya udah sekarang mau tidur, ntar siangan jam 1 bangunin yak, mau bantu Ayah, OK!”
“Iya, ntar Ayang bangunin, dah.”
“Love U, Yang Muach.”
“Love u to, Hun Muach.”
Tut….Tut…tut……

Untungnya, hidupku enggak sepi-sepi banget. Aku punya soulmate yang sayang buanget sama aku. Namanya Made (dibaca Mathe), co asal Bali ini sayang banget sama aku. Aku pacaran jarak jauh Bali Jogja udah setahun lebih, tapi kita saling mengunjungi. Klo aku ada uang, aku yang pergi kesana, tapi dia yang lebih sering datang ke Jogja

cinta bukan karena simpati

Saat merasakan tubuh yang terbaring tak berdaya, sungguh menyakitkan sekali bagi orang yang menganggap dirinya sangatlah berharga. Drina, cewek yang aktif dalam tim cheerleader sekolah, sekarang terbaring lemas tak berdaya akibat kecelakan yang menimpanya, saat sepulang sekolah hendak ke halte yang ada diseberang jalan. Tiba-tiba saja mobil itu menghantam tubuh Drina sampai terpental ke trotoar. Bunyi hantaman yang sangat kuat itu sangatlah jelas, tapi keadaan saat itu sangat sepi. Tidak ada satupun orang yang melihat kejadian itu, teman-teman Drina latihan cheerleader pulang lebih awal, dan sekolah saat itu sudah menunjukan pukul 06.00 sore. Tak kuasa rasanya melihat darah yang mengalir dari tubuh Drina yang terpental lumayan jauh dari mobil yang menabraknya. Terlihat dari mobil itu keluar seorang cowok tampan, langsung membawa Drina kearah mobilnya dalam keadaan pingsan. Cowok tampan itu bergegas dan terlihat terburu-buru membawa Drina ke Rumah Sakit. Sesampai di Rumah Sakit, dia mencoba mencari dan menghubungi keluarga Drina. Cowok tampan itu juga sempat mengenalkan dirinya disaat belum sadar.
“Maafin gue ya! Kenalin nama gue Moca. Walaupun sampai sekarang lo belum sadar, tapi gue yakin klo lo bakal sembuh.”
Lima menit kemudian,
“Eh, kalian pada dimana? Gue dapat masalah nie! Lo ke Rumah Sakit Cantika sekarang ya. Cepetan, nggak pakai acara lama dan mandi segala.”
“Emang ada apaan sich? Kok kliatanya serius banget.”
“Gue habis nabrak cewek dan sekarang belum sadar-sadar juga. Please ya, kalian ke sini sekarang soalnya gue binggung nie, sampai sekarang keluarganya belum juga datang.”
“Iya-iya kita ke sana sekarang nggak pakai mandi segala. Pokoknya cepet deh. Tapi ntar ceweknya buat gue ya?”
Sesampai disana, salah satu teman Moca yang bernama Teja terkejut melihat cewek yang ditabrak oleh Moca adalah adek temannya. Teja mengenal betul siapa cewek itu dan tahu betul dimana dia tinggal. Teja serasa nggak percaya bahwa dia Drina cewek yang selama ini ia sayangi sebagai adek sendiri lemas tak berdaya di Rumah Sakit.
“Ca, cewek yang lo maksud ini?”
“Iya! Kenapa? Lo kenal sama dia?”
“Terang aja gue kenal, nie cewek adeknya teman gue. Lo kok bisa-bisanya sich nabrak dia? gimana ceritanya.”
“Sekarang yang penting menghubungi keluarganya. Please ya, Tej tolongin gue.”
“Iya. Lo nyantai aja. Habis ini gue datang kerumahnya, sampaiin berita. Klo masalah lo dengan kakaknya gue nggak bisa ikut campur, Ca. Soalnya gue tau banget sifat Audrei anaknya emosian. Tapi sebisa mungkin gue bakal bantu lo kok.”
Saat itu juga Moca jadi bingung apa yang harus dia lakukan. Tapi dengan semangat dari teman-temanya, Moca sedikit bisa tersenyum. Teja langsung memberitahu orang tua drina, mereka pun terkujut karena sampai jam segini belum pulang juga ternyata mengalami kecelakan. Mama dan Papa Drina langsung bergegas pergi ke Rumah Sakit. Mama Drina terus menangis, memikirkan bagaimana keadaan putrinya. Saat masuk kamar Drina dirawat, mata Mama dan Papa Drina tertuju pada satu pandangan pada cowok tampan yang duduk disamping Drina, tak lain adalah Moca.
“Selamat malam Om, tante. Perkenalkan nama saya Moca. Saya yang tidak sengaja menabrak Drina yang hendak meyebrang di depan sekolah tadi sore. Maafkan saya Om, saya benar-benar tidak sengaja. Benar!, sumpah!, Om dan tante.”
“Jadi kamu yang nabrak anak saya? Siapa yang membawanya ke sini?” dengan wajah marah dan emosi.
“Papa….” Suara Mama Drina yang tidak tega melihat cowok tampan itu dimarahi oleh suaminya.
“Saya, Om.”
Ternyata, Papa Drina tidak ada maksud untuk marah dan melaporkan Moca ke kantor polisi. Papa Drina bangga dengan Moca yang berani bertanggung jawab atas kejadian ini. Dalam batin Papanya tidak seperti tabrak lari yang dilihat ditelevisi-televisi. Perasaan Teja dan yang lain juga sempat was-was saat moca kelihatan dimarahi oleh Papa Drina.
“Sayang ini Mama. Bangun sayang! Liat Papa kamu juga datang. Bentar lagi abang kamu juga bakal datang. Mama udah siapin makanan kesukaan kamu di rumah. Ada opor ayam dan sate ayam.”
“Teja, mana adek gue?” teriak Audrei dari lorong.
“Ada didalam ama Bokap Nyokap lo. Dan didalam juga ada……..” belum sempat menyebut nama Moca yang nabrak Drina, Drei sudah masuk duluan.
“Drina! Ma, Pa. gimana keadaan dia? gimana ceritanya sich. Yang nabrak kemana tau khan, Pa. loe khan!” Pandangan Audrei tertuju pada Moca yang duduk di kursi.
Wajah Moca sudah ketakutan. Papa Audrei sudah mau menghalang-halangi Audrei untuk menghajar Moca. Ternyata dugaan mereka salah semua.
“Loe khan pemain basket dari Jakarta Itu khan. Gue suka banget sama gaya lo. Lo temen dekat adek gue. Kenalin nama gue Audrei, biasa dipanggil Rei. Sejak kapan adek gue punya temen sekeren lo main basket nggak dikenalin sama gue. Tapi jarang-jarang lo adek gue punya teman dekat cowok. Dia benci banget sama yang namanya cinta dan mencinta. Drina….Drina… ! lo yang bawa adek gue kesini? Thanks ya. Kapan-kapan boleh dong kita duel.”
Dari kejauhan Papa Drina memberikan syarat menganggukkan kepala. Dengan maksud agar Moca mengiyakan apa yang dikatakan saja. Kalau tidak, tambah bikin masalah. Moca akhirnya menuruti yang dikatakan Papa Drina. Selama dua minggu dirawat di Rumah Sakit, Drina baru boleh dibawa pulang. Setelah kejadian itu, Drina tidak lagi bisa bermain cheerleader bersama timnya karena kaki Drina tidak boleh terlalu lelah. Drina pun benci dengan keadan tersebut. Dengan dukungan dan support dari teman-temanya Drina sudah mulai tersenyum. Setelah kejadian itu, hingga Drina dibawa pulang ke rumah, Moca tidak pernah absent datang ke rumah Drina Untuk sekedar main dan menghibur Drina. Karena sifat Drina yang sulit ditaklukan, Moca sedikit kesulitan mengajak berteman. Moca ingin sekali membantu Drina yang saat ini masih belum bisa berjalan dengan normal. Drina keseharianya hanya terdiam duduk di atas kursi bisu yang setia mengantarkan Drina kemana-mana. Seandainya saja kursi itu adalah manusia, mungkin akan menangis mendengar perkataan Drina di saat Drina merasa kesepian.
“Kenapa gue harus seperti ini. Kenapa gue yang jadi korban. Kenapa gue yang menjadi mascot tim, jadi seperti ini. Kenapa bukan orang lain? Kenapa? Gue nggak tau sampai kapan gue bakal seperti ini. Gue juga nggak tau apa yang gue lakukan dengan sikap aneh cowok yang setiap hari datang hanya mengajak jalan-jalan yang memuakan dan membosankan. Gue benci semua ini. Kenapa harus dia yang nolong gue? Tidak………”
“Pagi Drina….!”
“Lo bukanya kuliah, kok lo kesini. Mau cari kakak gue, tuch ada di atas. Please, gue lagi pengen sendiri, so gue minta lo jauh-jauh dari muka gue sekarang. Gue lagi nggak pengen di ganggu. Dengar khan?”
“Drina, lo kenapa sich! Gue nggak ada maksud lain untuk semua ini. Gue sayang sama lo, seperti kakak lo sayang sama lo.”
“Tapi gue nggak butuh sayang dari lo. Gue tau lo setiap hari datang ke sini karena kasihan khan. Ingat! Gue bukan cewek yang pantas lo kasihani, ngerti. Buruan sana pergi.”
Drina sama sekali nggak tau siapa Moca sebenarnya. Semua ini ide dari orang tua Drina untuk tidak memberitahu Drina dan Audrei. Keadaan semakin dipersulit dengan kemauan Drina yang ingin kembali dalam tim cheerleader. Kemauan Drina ditentang abis-abisan oleh Papa dan Mamanya. Saat merasa jengkel, Drina terkejut mendengar bentakan dari Papanya untuk tidak lagi memikirkan chearleader, isakan tangis kecilpun terdengar samar-samar oleh Moca. Karena Moca tidak tahan melihat orang yang disayangi menangis, Moca langsung memeluknya. Sungguh meraka sangat serasi, Drina serasa nyaman dan rileks saat Moca memeluknya erat.
Suatu hari, mereka berdua lebih terlihat akrab dan Drina mau ngobrol dengan Moca. Saat ingin menangis, Drina minta punggung Moca untuk dipinjamkan. Moca cowok yang romantis dan perhatian. Bentuk tubuhnya yang simetris membuat Drina betah untuk bersandar di punggungnya. Moca berharap, nantinya Drina bisa menangis dipelukannya. Sesekali, Moca mengajak Drina untuk melihat latihan basked dimana dia dan kakaknya biasa latihan.
“Gue pengen liat lo main.” Kata itu terdengar jelas keluar dari mulut Drina.
“Tapi, ntar lo sendirian di sini. Kapan-kapan aja ya. Coba lo liat kakak lo main basket itu, keren khan.”
“Mana bisa gue bilang keren, klo gue blom liat lo main. Kata kakak, main lo bagus. Nah sekarang gue pengen liat sehebat apa kakak gue dibanding ama lo.”
Moca memenuhi permintaan Drina untuk main basket. Pandangan Drina hanya terngah-ngah melihat Moca lebih hebat dari kakaknya. Cara mainnya seperti pemain kelas internasional. Drina bersorak riang “Semangat!......Semangat………!” Moca pun berhenti sejenak melihat ke arah Drina. Audrei juga sempat mengarahkan pandangan ke arah Drina, adeknya.
“Drina. Akhirnya lo bisa ketawa. Selama ini gue mengira tidak akan seperti ini, ternyata tidak. Lo lebih cantik klo dandan, biar Moca naksir ama lo. He…he...he.”
“Kakak apa-apaan sich?”
“Nggak kok Rei. Drina polosan aja udah cakep. Nggak perlu polesan, ya nggak Drin?”
“Iya.” Jawab Drina malu-malu.
“Jangan-jangan kalian sudah pacaran.”
“Emang kenapa klo kita pacaran, pengen? Kita khan jadian udah lama, lagian kita udah dua bulan kenalan.”
“Hah…kenapa nggak kasih tau! Tau gitu khan ada acara makan-makan. Tapi ini benar nggak? Jangan-jangan kalian boong.”
“Benar kok, Rei yang dibilang Drina. Kita emang udah jadian. Emang lo aja yang nggak pernah ingin tau tentang kita.”
“Nyolot lo ya. Tapi jaga adek gue baik-baik. Jangan sampai dia terluka yang kedua kalinya.”
Maksud kebohongan itu akhirnya menjadi kenyataan setelah seminggu saling mengerti dan memahami. Moca dan Drina akhirnya pacaran beneran. Teja, cowok yang selama ini menjadi sahabat Moca berubah menjadi rubah. Teja menceritakan keadaan sebenarnya kepada Audrei tentang kecelakaan adeknya. Audrei menjadi emosi dan langsung pergi mencari Moca. Mereka bertemu dilapangan basket, dan kebetulan di situ ada Drina yang sedang melihat Moca latihan. Dengan rasa emosi yang tinggi, Rei langsung memukul Moca. Moca tidak sedikitpun membalas pukulan Rei. Drina yang baru seminggu lepas dari kursi bisunya berlari dan ternyata terjatuh. Moca langsung berlari kearah Drina untuk menolong.
“Jangan pernah lagi lo deketin adek gue. Dan masalah gue belum selesai. Ingat! Gue bakal bikin perhitungan ama lo. Dasar kampungan.”
“Kakak, ada apa ini! Apa yang kakak lakukan ama Moca sampai berdarah seperti itu. Apa salah dia, kak?”
“Drin. Ingat dan pandangi wajah dia yang terakhir kali. Dia yang nabrak lo, dan bikin lo sampai kaya gini. Paham.”
“Apa! kenapa lo tega…..tidak………….”
Drina benar-benar marah dengan apa yang dilakukan oleh Moca. Drina tidak mau lagi berbicara dengan Moca. Drina sedih dan kecewa dengan Moca. Papa Drina mencoba menjelaskan tentang semua ini atas kemauanya. Karena Papa Drina tau klo moca adalah cowok yang baik. Tapi tidak semudah itu, Drina memaafkan Moca. Drina sedih atas kejadian ini. Kenapa orang yang dicintai dan disayangi saat ini adalah orang yang patut dibencinya. Drina sulit melupakan Moca. Makan, minum sampai apapun yang dilakukan Drina teringat Moca. Drina tidak mau hal ini menghantui selamanya. Drina pun menuruti apa yang dikatakan oleh Papa untuk kembali kepada Moca, karena kecelakan ini bukan sepenuhnya salah Moca. Drina tidak ingin membohongi isi hatinya.
Drina dan Moca akhirnya bertemu. Mereka saling memeluk erat. Drina ingin sekali mendengarkan penjelasan dari mulut Moca tentang masalah ini.
“Selama ini gue hanya diam, karena gue tau dari Papa lo, klo sifat lo dan kakak lo keras. Gue sayang dan cinta lo bukan karena kasihan. Tapi gue dari hati yang paling dalam mencintai lo, Drin. Yang jadi masalah sekarang, kakak lo nggak bakal nerima gue.”
“Siapa bilang gue jadi masalah. Gue seneng kok kalian balikan lagi. Apa sich yang nggak buat kalian. Ini demi Drina juga. Gue nggak ada lagi ada dendam ama lo. Jadi sekarang kalian bahagialah. Dan ingat jangan sakiti adek gue yang kedua kalinya.”
Moca dan Drina nyambung dan pacaran lagi. Mereka merayakan hari kebahagian itu dengan makan malam di rumah, bersama Orang tua dan kakaknya. **END